Page 55 - Legenda Condet
P. 55
12
Penyerangan yang Kedua
Para centeng bertubuh kekar sudah berkumpul di halaman.
Mereka menunggu Jan Ament keluar dari gedung. Semuanya
membawa golok yang terselip di pinggang. Lima dokar telah
siap membawa mereka menuju Condet. Seorang pelayan berdiri
sambil memegang tali kekang kuda tinggi besar. Perlengkapan
lainnya pun telah pula disiapkan dengan baik.
Tidak lama kemudian Jan Ament keluar. Wajahnya
dingin. Sebilah pedang tersandang di pinggangnya. Ia
mendekati kudanya dan dengan tangkas naik ke punggung
kuda itu diiringi para centeng yang berhamburan menuju
dokar. Jan Ament berada di posisi depan. Lima dokar
mengikutinya dari belakang. Beriringan.
Sebelum tengah hari, Jan Ament bersama para
centengnya sampai di halaman rumah Maemunah. Ia segera
turun dari punggung kudanya kemudian berjalan bersama
para centeng menuju teras rumah. Seorang centeng berteriak
keras, “Astawana! Ayo, cepat keluar! Atau kamu menyerah!”
Hening. Jan Ament menatap tajam ke arah pintu rumah
Maemunah yang tertutup.
“Astawana! Kamu jangan jadi pengecut! Ayo hadapi
aku. Kamu pikir aku takut?”
43