Page 109 - Microsoft Word - MERAKI KEHIDUPAN_Sukadi
P. 109
ongkosnya mahal tidak cocok buat kantong mahasiswa.
Selang beberapa menit, satu per satu penumpang sampai ke
tujuan, sopir menghentikan bemonya lalu penumpang turun
melangkah ke depan membayar ongkos pada sopir. Hingga
tinggal Santi sendirian yang berada di dalam bemo.
Sopir bemo mengoper persneleng. Pandangannya
tetap ke depan, sementara wajah sopir tertutup topi bundar
berbahan kain yang sudah lusuh. Handuk kecil yang melingkar
di lehernya juga sudah berubah warna, mungkin sering
dipakai mengusap keringatnya. Santi memperhatikan sosok
sopir bemo yang bukan biasanya ia naiki. Bemo melaju ke
arah timur meninggalkan terminal Dinoyo.
Santi mengatakan kepada sopir bemo untuk berhenti
di depan gang kosnya. Tangannya memukul bangku agar
sopir mendengar suaranya. Santi melangkah turun. Beranjak
ke tempat sopir namun jok tempat sopir kosong. Pikiran Santi
melayang bercampur aduk antara perasaan takut dan rasa
merinding. Semilir angin membuat bulu kuduknya berdiri. Ia
langsung berlari menuju gang. Waduh... gadis cantik naik
bemo gak mau bayar. Santi menoleh ke belakang.
Meraki Kehidupan | 99