Page 111 - Microsoft Word - MERAKI KEHIDUPAN_Sukadi
P. 111
Matahari menyengat pejalan kaki di trotoar. Suara
mobil melintas di perempatan pasar, menjadi lagu sedih para
pedagang. Pasar sepi, sebagian pedagang menutup kiosnya.
Kuli-kuli panggul sejak pagi hanya duduk-duduk di bawah
beringin dekat parkiran, sambil mengobrol dengan para kuli
angkut lainnya. Hari ini pemasukan Badrun juga sepi. Biasanya
sehari mengantongi 50 ribu sampai 75 ribu upah mengangkut
belanjaan. Sejak pagi hanya mendapatkan 15 ribu. Ia tidak
tahu berbuat apa, hanya pasrah dengan keadaan.
Embusan angin menambah udara sejuk. Sambil
menyeruput kopi ia melamun memikirkan nasibnya. Pak Tarjo
teman sesama kuli panggul menguatkan Badrun agar tetap
sabar dan ikhlas menjalani pekerjaan. Namun, Badrun tetap
saja mengeluh dengan uang 15 ribu yang didapatnya hari ini.
Badrun berpikir dengan uang tersebut anak istrinya mau
makan apa. “Dulu waktu muda, uang 15 ribu jika dibawa ke
supermarket bisa dapat apa-apa." Minyak goreng, susu, gula,
sabun, odol, mi, bahkan roti satu kaleng. “Lha sekarang dapat
apa, Drun?" tanya Pak Tarjo penasaran. "Kalau sekarang sulit,
Jo. CCTV ada di mana-mana.”
Meraki Kehidupan | 101