Page 10 - MUTIARA HIKMAH SHALAT
P. 10
I. PENDAHULUAN
Untuk menghayati makna hakiki shalat, tidak terlepas dari "benang
merah" atas pemahaman hikmah Islami sebagai agama yang diridhoi
Allah.
Intisari dari nafas Islami sebagai agama yang diridhoi Allah adalah,
bahwa manusia diharamkan untuk berselisih dan bermusuhan dengan
sesama manusia, karena perselisihan dan permusuhan adalah sifat
syaitan, manusia diharamkan untuk mempunyai sifat dengki karena
kedengkian akan mengakibatkan perselisihan dan permusuhan, manusia
diharuskan untuk membaca, mempelajari dan melaksanakan ayat-ayat
Allah, serta manusia diharuskan untuk menggunakan akalnya
(QS. 3:19; 17:53; 10:100; 61 :2-3).
Agar nafas Islami itu selalu dikenang dan dihayati oleh manusia
sepanjang zaman, maka Allah memerintahkan manusia untuk
melaksanakan Rukun Islam. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
(QS.4:48). Allah tidak meridhoi manusia yang menuhankan mahluk
ciptaanNYA. Totalitas sistem sifat Allah adalah pengasih dan penyayang.
Manusia diharamkan menyembah yang lain selain menyembah dzat
sifat pengasih dan penyayang yaitu Allah (QS. 2:83; 4:36, 48, 116;
17:23-24).
Bila manusia menyembah Allah, berarti manusia harus mempunyai sifat
pengasih dan penyayang di dalam hati nurani qolbunya. Bila hati nurani
qolbu manusia tidak memiliki sifat pengasih dan penyayang, berarti
manusia tidak menyembah Allah. Tolok ukur bahwa hati nurani qolbu
manusia memilik sifat pengasih dan penyayang, adalah berbuat kasih
sayang terhadap sesama manusia.
Ciri-ciri manusia yang tidak menyekutukan Allah dan mempunyai jiwa
kasih sayang didalam qolbunya, manusia itu selalu berbuat baik kepada
Ibu/Bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat dan
sesama manusia tanpa membeda-bedakan agama dan latar
belakangnya (QS. 4:36; 2:148, 215, 83; 3:84-85, 133-134; 65:7; 19:96).
MUTIARA HIKMAH SHALAT 1