Page 175 - GARIS WAKTU
        P. 175
     ini,  malu  melakukan  itu.  Rasa  malu  tersebut  muncul
            karena  semakin  kita  dewasa,  semakin  banyak  norma
            yang  mengikat  kita.  Kita  jadi  malu  berpendapat  karena
            takut  pendapat  kita  dicemooh:  jadi  malu  beraksi  karena
            takut  aksi  kita  dibilang  pencitraan:  jadi  malu  berbeda
            karena  masyarakat  menginginkan  kita  seragam.
                Aku  tidak  berkata  bahwa  kita  bebas  melakukan  apa
            pun  tanpa  merasa  malu,  bukan  itu.  Aku  hanya  berkata
            bahwa  jika  kita  merasa  hal  tersebut  tidak  bertentangan
            dengan  hati  nurani  kita  sendiri,  kenapa  harus  malu?
            Kenapa  harus  terus-terusan  memikirkan  apa  pendapat
            orang  lain?
                Robot  di  tangan  kiri.  Monster  di  tangan  kanan.
            Kasur  menjadi  kota  tempat  mereka  bertempur.  Begitu
            hebatnya  imajinasi  kita  selaku  anak  kecil,  hingga  apa  pun
            di  sekeliling  kita  bisa  kita  jelajahi  sebagai  dunia  baru.
            Segalanya  begitu  asing,  sekaligus  fantastis.  Menjadi  anak
            kecil  adalah  sebuah  kemewahan  dalam  hidup  ini.  Kita
            bisa  terus  bermain  hingga  mengantuk  dan  ketiduran  di
            sofa.  Kita  bisa  terbahak-bahak  bersama  teman-teman
            tanpa  harus  ada  rasa  curiga  apa  motif  mereka  dekat
            dengan  kita.  Kita  bisa  bertanya  ini  dan  itu  tanpa  harus
            takut  apakah  pertanyaan  tersebut  membuat  kita  terlihat
            bodoh  atau  tidak.  Yang  terpenting,  kita  bisa  menjadikan
      170
     	
