Page 29 - GARIS WAKTU
P. 29
sedari malam? Terus berputar balik tanpa pernah bosan
kunikmati kesenduannya.
Lagi-lagi imajinasi menertawakanku karena selalu
berhasil mmenemuimu. Sementara realitas? Dalam
realitas, kita berdua hanyalah dua orang yang berlari.
Aku sibuk mengejarmu, kau sibuk menghindariku. Oh,
tenang. Aku tidak lelah. Justru, aku menikmati prosesnya.
Kemudian, pagi kembali berganti malam. Repetisi
yang tidak lagi membosankan semenjak kau hadir.
Mata cokelatmu yang indah, dicampur senyummu yang
berseri, tak pernah gagal membuat jagat rayaku meledak
menjadi jutaan kembang api. Sementara kata-katamu
yang seadanya dan terkesan dingin adalah residu dari
kembang api yang menghanguskan bumiku menjadi
jelaga.
Gelap....
Lagi-lagi aku menantimu seperti menanti cahaya,
tak menyerah walau langkah melemah. Entah mengapa
hatiku berkata, kaulah orangnya. Gemintang keras
menyemangatiku, terlalu jauh sorak sorainya untuk
kunikmati. Di sini sunyi, tanpa ingar bingar. Entah
mengapa hatiku berkata, kau akan datang. Kita sama-
24

