Page 65 - GARIS WAKTU
P. 65
Berbeda dengan hatiku yang pecicilan, pikiranku ini
pendiam sekali. Dia jarang rukun dengan hatiku, malah
sering berkelahi. Alasan perkelahian mereka kali ini tentu
saja karena hatiku ingin berlari ke arahmu dan pikiranku
kurang setuju. Pikiranku percaya bahwa dengan hatiku
berlari ke arahmu, dia akan berujung hancur. Pikiranku
yang sayang pada hatiku tidak ingin sahabatnya itu
hancur.
Sebentar, izinkan kami berunding. Jangan dulu
pergi. Aku mohon. Telah lama aku menanti sosokmu.
Kau tangguh, aku suka itu. Kita sama-sama pejuang. Kau
berjuang mencari jalan pulang, maka aku ingin berjuang
menjadi rumahmu. Karena ternyata hatiku betul, kaulah
orangnya.
Yah, pada akhirnya, aku akan membiarkan hatiku
mengejarmu dan bercengkerama di sampingmu:
memelukmu saat kau dekat, merindukanmu saat kau
jauh. Biarlah hatiku berpesta pora. Biarlah aku ikut
bersenandung gembira. Sementara pikiranku? Aku
yakin pikiranku baik-baik saja, duduk manis di kepalaku,
berharap tak ada hal buruk yang akan menimpa hatiku.
Dan jika sampai hatiku hancur suatu saat nanti, aku tahu
pikiranku selalu dapat diandalkan untuk membantunya
kembali sembuh.
60

