Page 81 - GARIS WAKTU
P. 81

Kata-kata   semacam,   “Jalani   saja   dulu,”   tidak
            sepatutnya  dijadikan  landasan  untuk  mengawali  sebuah
            hubungan.  Mari  mengacu  pada  kalimat  Friedrich  Hegel,
            “Bahwasanya  kita  semua  laksana  aliran  sungai.  Bisa
            berasal  dari  hulu  yang  berbeda,  namun  akhirannya  harus
            sama.  Jika  tidak,  dan  sudah  tahu  takkan  sama,  untuk  apa
            dijalani?


                Lantas,  bagaimana  dengan  kau  dan  aku?

                Kau  dan  aku  berasal  dari  planet  yang  berbeda.
            Di  planetmu,  waktu  berjalan  cepat.  Kau  tergesa-gesa
            melakukan  banyak  hal sekaligus.  Hutan-hutanmu  terbuat
            dari  beton.  Gunung-gunungmu  terbuat  dari  pencakar
            langit. Sementara  sang waktu  di planetku  berjalan  lambat
            hingga  aku  terlalu  sering  menatap  gemintang.  Hutan-
            hutanku  terbuat  dari  pepohonan.  Gunung-gunungku

            terbuat  dari  lava  yang  terendap.  Saat  itu,  alam  semesta
            kita  bertubrukan.   Kita  berkenalan,   menyenangkan.
            Ketika  senja  menguning  di  antara  jalanan,  kita  berdua
            tahu  bahwa  planet  kita  sedang  bertemu.

                Kita  memang  berasal  dari  planet  yang  berbeda.  Kita
            memang  berasal  dari  latar  belakang  yang  berbeda.  Kita
            memang  berasal  dari  kebiasaan  yang  berbeda.  Namun,

            detik  di  mana  kelingking  kita  saling  terkait,  mata  kita




       16
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86