Page 13 - UKBM.drama_Neat
P. 13
dengan kuat.
Fensa :”Iya, aku pulang sekarang…!”
Telepon ditutup segera, Fensa langsung menyambar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju
yang mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat.
Sepanjang perjalanan, air mata tak bisa dibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari
wilayah Bogor. Fensa sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam
benaknya hanya ada ibu, ibu, dan ibu. Tidak ada yang lain lagi.
Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit di
kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan ruang
rawat sang ibu.
Noftavia:”Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Di sini ada dokter yang masih memeriksa ibu..”
Fensa :”Iya kak..”
Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakaknya
tersayang. Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya selama
ini. Kaget Fensa melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak berdaya.
Justrus ulas senyum tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.
Fensa :”Ibu wajahnya kok bisa begini?”
Ibu :”Tidak apa-apa..”
Fensa :”Dok, ibu kok bisa begini kenapa?”
Dokter :”Ada komplikasi yang cukup rumit dari diabetes yang diderita ibu Anda.”
Fensa :”Apa itu?”
Dokter :”Ada komplikasi di saluran pencernaan, yakni usus dan lambung. Paling para komplikasi
di ginjal. Sehingga membuat ibu Anda sukar membuang sampah dalam tubuhnya mbak.”
Noftavia:”Sudah 2 hari kemarin ibu tidak bisa buang air kecil maupun besar, tidak juga bisa keluar
keringat dek..”
Dokter:”Cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karena ginjal yang
terganggu. Mengakibatkan kulit ibu Anda menggembung berisi cairan. Untuk sementara
menggunakan infus khusus agar bisa kencing dan berkeringat.”
Fensa :”Apakah bisa diatasi dok?”
Dokter:”Untuk sementara bisa dengan infus ini. Namun selebihnya semoga diberikan kemudahan
dari-Nya!”
Noftavia:”Saya masih bingung dok, apa penyebab komplikasi ginjal ini?”
Dokter :”Dari hasil pemeriksaan, ibu saudara sepertinya sering mengkonsumsi minuman instan.
Padahal tidak baik bagi penderita diabetes, penumpukan ini berakibat pada ginjal ibu
Anda.”
Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini dengan
selalu berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta perawatanya.
Noftavia:”Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan. Kondisi
ibu tidak stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau makan nasi,
hanya mau makan buah. Itupun tidak seberapa jumlahnya.”
Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa bersalah,
membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu oleh diabetes.
Sang ibu memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum minuman instan yang
praktis cara membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap ibunya bisa bertahan dan
melalui ini semua adalah jalan yang terbaik.
Fensa :”Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.”
Noftavia:”Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi kesehatan
agar tidak tunggang langgang begini.”
Fensa :”Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita, ibu
yang baik. Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.
Noftavia:”Semoga saja”
Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat
mereka akan memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang
dianggap sepele.
Ibu :”Kapan sampai sa?”
Fensa :”Barusan bu.. ibu kenapa tidak mau makan? Nanti gak bisa minum obat, kapan
sembuhnya?”