Page 45 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN EDISI KE-2
P. 45

KIPRAH TAHUN KEDUA WAKIL KETUA DPR/KORINBANG DR. (H.C.) RACHMAT GOBEL

                       Angka-angka tersebut menggambarkan, produktifitas usaha besar 12.394
                    kali lipat lebih besar dibandingkan usaha mikro, 583 kali lipat daripada usaha
                    kecil dan 32 kali lipat dibandinngan  usaha  menengah. Ini menyiratkan,
                    produktivitas usaha mikro dan usaha kecil kalah jauh dan membuat mereka
                    secara umum lebih rapuh dan mudah tergilas oleh tekanan persaingan dan
                    berbagai  gejolak ekonomi.
                       Tidak  hanya sampai di situ, kondisi itu telah membuat kesenjangan
                    kesejahteraan antara  kelompok  masyarakat  juga  kian  tajam,  terutama
                    dirasakan  pada  mereka yang berada  di  dalam  kelompok  usaha  mikro.
                    Sebagian besar kantong-kantong kemiskinan ada pada kelompok ini dan ini
                    telah melahirkan ironi dalam kehidupan berbangsa.
                        Di satu sisi ada orang yang hidup penuh keleluasaan, di sisi lain masih
                    puluhan juta orang dari bagian bangsa ini hidup di bawah garis kemiskinan.
                    Bahkan,  dari  27,5 juta  orang  penduduk  miskin  saat  ini,  menurut  data
                    BPS,  sekitar 10,9 juta orang diantaranya tergolong miskin ekstrim dengan
                    pengeluaran per kapita berdasarkan konsep purchasing power parity (PPP)
                    hanya setara dengan Rp 12.000 per hari.
                       “Ironi ini harus segera teratasi, tidak boleh berlarut-larut. Bukan hanya
                    terkait soal tingkat kesejahteraan, tapi juga martabat kita sebagai bagian
                    bangsa ini  karena membiarkan  terjadinya ketimpangan  yang sangat
                    mencolok.  Memperbaiki kondisi harus menjadi  agenda semua kalangan,
                    dan menjadi  fokus utama  agenda pembangunan  nasional,” kata Rachmat
                    Gobel.
                       Secara politik, keinginan untuk mengatasi ketimpangan tersebut sudah
                    cukup memadai. Persoalannya adalah efektivitas di tingkat kebijakan masih
                    belum memadai. Perkembangan sektor KUMKM masih sangat terbatas, dan
                    ini makin dirasakan saat Pandemi Covid-19 sekarang ini. Mayoritas KUMKM
                    yaitu  82,9% sangat merasakan dampak negatif dari pandemi  ini  sehingga
                    kinerja mereka anjlok, hanya sebagian kecil yaitu 5,9% yang mengalami
                    pertumbuhan positif.
                       Melalui  program  Bantuan  Presiden (Banpres) Produktif  Usaha  Mikro
                    (BPUM) pemerintah menyalurkan dana insentif. Untuk 2021, pada tahap I
                    (Juli 2021) telah terealisasi bantuan untuk 9,8 juta pelaku usaha mikro dengan
                    total anggaran Rp 11,76 triliun. Kemudian untuk tahap II,  pada September
                    telah tersalurkan anggaran Rp 3,4 triliun untuk 2,9 juta pelaku usaha mikro.
                       Namun bantuan tersebut dirasakan belum memadai jika diibandingkan
                    dengan kebutuhan  KUMKM. Ini terbukti  dari  hasil  survei United Nations
                    Development Programme/UNDP) terhadap 3.011 UMKM di Indonesia pada
                    Agustus 2021 yang menunjukkan, masih ada 24% KUMKM tidak beroperasi


                                                       27
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50