Page 47 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 47

Untuk menjelaskan permasalahan sejarah kelembagaan agraria,
            penelitian mendalami lembaga agraria/pertanahan sejak awal mula
            hadir di Indonesia. Metode dan pendekatan untuk memahami lembaga
            agraria paling mungkin adalah metode sejarah kritis.  Mengingat
                                                                   15
            kebutuhannya adalah merekonstruksi ulang keberadaan lembaga,
            baik proses maupun eksistensi perjalanan lembaga, maka diharapkan
            metode sejarah mampu menghadirkan postur lembaga agraria secara
            utuh. Metode ini memungkin untuk merekonstruksi secara utuh,
            namun butuh pendekatan yang solid untuk membaca data-data
            historis itu dalam konteks dinamika dan politik kelembagaan. Artinya,
            cara baca kritis atas proses dan perjalanan itu dibutuhkan untuk
            melihat secara jernih bagaimana lembaga itu hadir dan digunakan.

            Dalam menjelaskan perjalanan sejarah kelembagaan, kajian ini juga
            dilengkapi bagian-bagian tertentu dengan anotasi, terutama anotasi
            terkait dengan naskah-naskah atau produk hukum yang dikeluarkan
            pada periode awal berdirinya lembaga keagrariaan.
                 Pada tahap awal dan selanjutnya, kajian ini akan difokuskan
            pada proses munculnya lembaga agraria dan membangun konstruksi
            hingga munculnya perubahan-perubahan kelembagaan. Pada tahap
            berikutnya kita akan memetakan persoalan-persoalan yang mengikuti
            lembaga tersebut, baru kemudian membaca atau tafsir atas perubahan-
            perubahan itu. Karena sejarah institusi atau lembaga hadir sebagai
            representasi kepentingan, maka cara baca atas setiap peristiwa dan
            periode sangat menentukan.
                 Penulis mencoba membayangkan secara paralel, menulis

            sejarah kelembagaan dengan menyamakan dengan menulis biografi.
            Pendekatan dalam menulis biografi sebagaimana diajarkan oleh Taufik
            Abdullah adalah membuka banyak perspektif atas tokoh, menghadirkan
            banyak sisi atas tokoh. Dengan cara itu nilai dan manfaatnya
            jauh lebih bisa digunakan dibanding hanya mengedepankan satu


                 15 Dalam pandangan Sartono, sejarah kritis tidak semata menghadirkan proses dan
            periode-periode sejarah, tapi juga menekankan untuk berfikir dan menanyakan masalahnya
            pada tiap proses-prose dan periode tersebut. Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
            Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993.


            16      Kelembagaan
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52