Page 51 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 51

Selain karya itu, muncul juga kajian Tubagus Haedar Ali  yang
                                                                         20
            mengetengahkan perkembangan secara singkat sejarah kelembagaan
            pertanahan. Gambaran Tubagus belum mampu menunjukkan peran
            lembaga ini dalam konteks sebuah perjalanan lembaga besar yang
            memiliki fungsi dan peran besar pula. Ia hanya hadir dalam sebuah
            cerita sejarah yang pendek. Namun menarik karena kajian Tubagus
            mencoba meletakkan persoalan tanah dalam konteks penataan ruang.
            Sementara kajian ini mencoba melihat sejarah lembaga dari awal
            hingga kini dalam kerangka kajian kritis kelembagaan, baik proses,
            dinamika, maupun peran yang dimainkannya serta anotasi atas
            dokumen-dokumen sejarah awal munculnya Kementerian Agraria.

                 Di luar buku kajian di atas, kami belum menemukan kajian
            lain menyangkut Kementerian Agraria maupun Badan Pertanahan
            Nasional. Buku di atas adalah ikhtiar para pihak yang mencoba menulis
            lembaga agraria dengan perspektif sejarah. Untuk situasi tersebutlah
            kajian ini layak untuk dilanjutkan demi untuk memahami lembaga
            agraria secara komprehensif.
                 Tulisan lain dalam konteks politik agraria nasional dan UUPA
            dilakukan oleh Iman Soetiknjo (1983) dan Abdurrahman (1984), akan
            tetapi sudah pasti kajian ini tidak membahas persoalan lembaga
            agraria. Iman Soetiknjo mencoba memberi bingkai bagaimana
            politik agraria nasional digagas dan dibentuk sampai UUPA itu lahir.
            Sementara Abdurrahman mengkaji proses awal gagasan UUPA sampai
            kemudian di sahkan. Ada sedikit pembahasan munculnya Kementerian
            Agraria pada periode awal 1950-an namun dalam konteks memahami

            kepanitiaan agraria yang merumuskan UUPA.
                 Melirik kajian lain menyangkut kelembagaan sebagai
            pembanding untuk melihatnya, cukup menarik kajian yang
            dikeluarkan oleh Bakosurtanal yang menghadirkan sejarahnya
            dalam rangka 40 tahun keberadaannya. Kajian ini tampaknya lebih
            informatif untuk memahami peran yang dimainkan oleh lembaga

                 20 Tubagus Haedar Ali, “Perkembangan Kelembagaan Pertanahan/Agraria dan
            Keterkaitannya dengan Penataan Ruang”, www.penataanruang.pu.go.id. Diakses pada tanggal
            10 Juni 2014.


            20      Kelembagaan
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56