Page 28 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 28
masyarakat dan pemerintahan di sana, serta dibukakan jalan
yang terang dan lurus dalam menghadapi berbagai persoalan
agraria yang terjadi. Semoga tali persaudaraan-kekeluargaan
di antara masyarakat juga senantiasa terajut dengan baik, “nan
saadat sapakaian, nan sahino samalu” (yang satu adat dan satu
pakaian, yang satu perasaan hina dan satu perasaan malu).
Terima kasih kepada Mas Bambang (Dr. Bambang Hudayana,
M.A.), guru yang telah membimbing saya dalam mempelajari
perspektif ekonomi politik selama belajar di Universitas
Gadjah Mada. Saya tidak terlalu yakin bahwa saya benar-benar
memahami konsep tersebut, tetapi setidaknya berkat beliau saya
mendapat banyak pemahaman dan dapat mencobanya dalam
penulisan buku ini. Dan terima kasih pula telah bersedia memberi
masukan akhir serta goresan pengantar yang ciamik atas buku
ini. Saya percaya, pembaca akan lebih mudah memahami isi
buku ini manakala membaca terlebih dahulu pengantar yang
disampaikannya. Semoga Mas Bambang selalu sehat dan sukses.
Selanjutnya, para dosen dan antropolog di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada yang telah mengajari saya
ilmu yang banyak selama proses belajar, beberapa di antaranya
yang dapat saya sebut di sini; Mas Pujo (Prof. Dr. Pujo Semedi
Hargo Yuwono, M.A.), Mas Made (Dr. Pande Made Kutanegara,
M.Si.), Mbak Sita (Dr. Sita Hidayah, M.A.), dan Mas Bre (Dr. Agung
Wicaksono, M.A.).
Terima kasih kepada guru saya di Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia, Mukmin Zakie, S.H., M.Hum., Ph.D. (Direktur
Pusat Studi Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia), yang telah menjadi teman diskusi gratis selama
Sekapur Sirih Penulis xxvii