Page 142 - Persoalan Agraria Kontemporer: Teknologi, Pemetaan, Penilaian Tanah, dan Konflik
P. 142
G. Kesimpulan
Sejarah perjalanan panjang perjuangan masyarakat adat Talang
Mamak menemukan tanahnya hingga hari ini belum menujukkan hasil.
Sekalipun MK sudah memutuskan dikenalnya hutan hak, tidak semudah itu
juga masyarakat adat bisa melakukan klaim atas tanah-tanah yang dianggap
milik masyarakat adat. Secara historis, keberadaan masyarakat adat Talang
Mamak bisa dengan mudah dibuktikan, karena tradisi lisan di kalangan
masyarakat adat masih tersimpan dengan baik. Begitu juga struktur
organisasi adat mereka masih berjalan dengan baik, termasuk juga
kebudayaan adatnya.
Terkait upaya menemukan kembali tanah dan wilayah adatnya yang
selama ini hilang, baik hilang diambil oleh negara dengan diberikan kepada
korporasi maupun hilang dan berubah menjadi pemukiman-pemukiman
baru akibat banyaknya transmigrasi serta pendatang. Realitas ini
menempatkan masyarakat adat Talang Mamak perlahan semakin terdesak
jauh ke pinggir di wilayah hutan. Persoalannya, kini mereka tidak bisa lagi
berpindah sebagaimana sistem adat mereka yang sebelumnya berpindah
akibat sistem pola bertani dan bercocok tanam. Pola berpindah yang menjadi
tradisi ini kemudian perlahan menjadi menetap. Situasi itu telah lama
berlangsung sejak hutan-hutan di wilayahnya berubah menjadi sawit dan
konsesi-konsesi tanaman lainnya.
Pasca putusan MK No. 35, sejarah telah berubah, dimana
kemungkinan masyarakat adat Talang Mamak kembali mendapatkan
hutannya sangat dimungkinkan. Namun persoalannya, hutan sudah tidak lagi
ada dan lahan-lahan telah berubah menjadi pemukiman warga. Apa yang
beberapa tahun terakhir dirintis sebagai upaya kembali menemukan
tanahnya juga mengalami kesulitan. Yang terjadi, ketika pemataan
partisipatif dilakukan, mereka sudah jauh keluar dari wilayah hutan, dan itu
menjadi problematis, karena harus berhadapan dengan warga lainnya yang
selama ini hidup berdampingan tanpa persoalan. Realitas itu menempatkan
masyarakat adat Talang Mamak harus berfikir ulang dengan
memperjuangkan wilayah adat, bukan lagi berjuang menemukan tanah
adatnya, melainkan hanya status saja yang dimungkinkan. Berbeda jika
masyarakat adat Talang Mamak menuntut hutan hak sebagaimana wilayah
lain yang dikabulkan oleh KLHK. Upaya itu masih sangat realistis karena
secara historis, bukti-bukti keberadaan masyarakat adat Talang Mamak sulit
untuk dibantah, sehingga ia layak untuk mendapatkan kembali tanah dan
hutannya.
133