Page 191 - Persoalan Agraria Kontemporer: Teknologi, Pemetaan, Penilaian Tanah, dan Konflik
P. 191

dipertimbangkan adalah dari kebijakan publik berupa diversifikasi pangan,
                dan  arah  pembangunan  yang  sesuai  dengan  potensi  daerah  (Benu  et  al,
                2013).
                         Konversi  lahan  pertanian  ke  non-pertanian  dapat  menghambat
                produksi pertanian dan merugikan bagi ketahanan pangan. Di Bangladesh
                tingkat konversi lahan pertanian ke non-pertanian didasarkan pada survei
                lapangan  yang  meliputi  24  desa  dari  enam  divisi  negara  per  tahunnya
                sebesar 0,56% dan di antaranya dipengaruhi oleh pertambahan penduduk
                (Quasem, 2011), sedangkan konversi lahan pertanian ke non-pertanian di
                Kabupaten  Badung  dan  Kabupaten  Gianyar  0,95  persen.  Hal  ini
                dikarenakan  Kabupaten  Badung  dan  Kabupaten  Gianyar  merupakan
                kabupaten yang mempunyai laju pertambahan penduduk yang tinggi yaitu
                sebesar  3,25%  dengan  rerata  kepadatan  penduduk  14,87  jiwa/Ha  (Badan
                Pusat Statistik Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar, 2013 dan Tabel
                1),  sedangkan  rerata  laju  pertumbuhan  penduduk  di  Indonesia  hingga
                tahun 2012 per tahunnya adalah 1,25% (Ramdani, 2015).
                         Akibat  laju  pertambahan  jumlah  penduduk  dan  peningkatan
                konsumsi  beras,  maka  kebutuhan  beras  terus  mengalami  peningkatan.
                Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan tersebut, produksi beras baik
                secara  lokal  maupun  nasional  harus  meningkat  secara  memadai  dalam
                rangka  mempertahankan  kecukupan  pangan,  sehingga  lahan  menjadi
                salah satu sumber daya alam dasar yang selalu menjadi subyek perdebatan
                mengenai  penggunaan  yang  efektif  (Bardhan,  2010).  Beberapa  faktor
                penentu  konversi  lahan  pertanian  adalah  jumlah  penduduk  dan  lokasi
                (keberadaan)  lahan  pertanian,  sehingga  dapat  menimbulkan  penurunan
                ketersediaan  pangan  terutama  beras,  karena  lahan  diperlukan  untuk
                memenuhi konsumsi pangan (beras) sebagai makanan pokok (Harini et al,
                2012).
                         Dari  hasil  pengumpulan  data  pada  Tabel  1,  kebutuhan  lahan
                tahun  2013  adalah  sebagai  berikut:  jumlah  penduduk  tahun  2013  adalah:
                kebutuhan  beras  menggunakan  rumus  (2)  dengan  jumlah  penduduk
                845500  jiwa  (kapita)  dan  rerata  produktivitas  lahan  per  tahun
                6276,75kg/Ha, produksi beras pertahun rumus (3), maka kebutuhan lahan
                akibat adanya penduduk adalah sebagai berikut:
                Kebutuhan lahan = rumus (2)/rumus (3)
                      = (845500 jiwax139,15 kg/jiwa/th)/((6276,76x2) kg/ha/th x2x 61,6%)


                                              182
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196