Page 142 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 142
Mereka yang Dikalahkan 117
tak terhitung berapa banyak yang dikeluarkan. Hal itu untuk
mendukung kegiatan aksi yang membutuhkan dana cukup besar,
terutama biaya sewa kapal laut yang cukup mahal. Dana kami habis
untuk ongkos menyewa kapal, karena kami di pulau, terpisah dengan
ibukota kabupaten dan membutuhkan armada kapal untuk menuju
Selatpanjang, Pekanbaru, dan tempat lainnya.
37
“Sebenarnya, yang menjadi keresahan kami tidak pernah tau di
mana batas konsesi yang diberikan kepada RAPP, sampai di mana
batas-batas tanah mereka dengan kampung kami, dan tanah-tanah
perkebunan kami. Kami tidak pernah diajak berunding dan kami
juga tidak pernah diberitahu di mana tanah mereka yang katanya
begitu luas. Faktanya, tiba-tiba mereka (orang perusahaan) datang
memasang tiang pancang di sudut lahan rumah kami, tentu kami
marah dan meminta mereka mencabut dan pergi dari kampung
kami”. 38
Sebagaimana penuturan warga lainnya, aksi-aksi dilakukan
bukan oleh segelintir orang, “kami bisa buktikan ketika kami turun,
kami melakukan koordinasi secara baik antardesa. Kami bersepakat
setiap desa ditunjuk koordinator untuk menyampaikan pesan-pesan
yang harus dilakukan dan apa yang akan dan harus dikerjakan.
Para pimpinan kami, tiap malam berkeliling dari desa satu ke desa
lainnya, menghadiri rapat-rapat secara bergantian tempat. Waktu
itu, isu dan kepentingan yang kami bangun hanya satu, agar RAPP
keluar dari tanah kami Pulau Padang”. Resistensi warga ini jelas
karena keberadaan RAPP meresahkan, sebab isu dan desas desus
terus beredar tanpa ada yang bisa menjelaskan duduk perkaranya.
“Mereka tiba-tiba datang mengukur sana sini tanpa ada penjelasan
atau sosialisasi apapun, tentu semakin meresahkan warga”.
37 Dituturkan oleh Yahya, 1 Juni 2016, di Desa Lukit, Pulau Padang.
38 Disampaikan oleh Mukhti dkk., 30 Mei 2016, di Desa Mekarsari, Pulau
Padang.