Page 10 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 10
Resonansi Landreform Lokal ... ix
dan Pemerintah Desa Karanganyar bertindak sebagai subyek
penelitian, sedangkan informan dalam penelitian ini adalah
sebagian dari subyek penelitian yang ditetapkan secara purpo-
sive. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuali-
tatif sebagaimana dimaksud oleh Lexy J. Moleong (2007:224).
Agar buku ini enak dibaca dan mudah difahami, maka penyusun
melakukan perubahan pada Bab Pendahuluan dengan menghi-
langkan sub bab yang dipandang tidak perlu, termasuk meng-
hilangkan sub bab metode penelitian.
Meskipun memiliki beberapa kekurangan, buku ini diha-
rapkan mampu menginformasikan kepada pembaca tentang
resonansi landreform lokal ala Desa Ngandagan di Desa Karang-
anyar, yang memperlihatkan tiga hal, sebagai berikut: Pertama,
resonansi terjadi atas ikhtiar para tokoh dan dukungan masya-
rakat. Ikhtiar diawali ketika R. Sosro Wardjojo (Kepala Desa
Karanganyar, tahun 1945–1977) menerapkan landreform lokal ala
Desa Ngandagan yang digagas Soemotirto (Kepala Desa Ngan-
dagan, tahun 1947–1964) di Desa Karanganyar pada tahun 1947.
Ikhtiar R. Sosro Wardjojo kemudian dipertahankan oleh kepala
desa – kepala desa selanjutnya, yaitu: (1) Saminah (1977–1989),
(2) Tjipto Sutarmo (1989–2007), dan (3) Suyono (2007– sekarang).
Keberlanjutan ikhtiar R. Sosro Wardjojo ini dapat terlaksana
atas dukungan masyarakat Desa Karanganyar, sejak ikhtiar ini
digagas pada tahun 1947 hingga saat ini.
Kedua, landreform lokal yang diterapkan di Desa Karang-
anyar membawa dampak bagi masyarakat, antara lain: (1) Ada
76 kepala keluarga yang menerima tanah buruhan desa (tanah
sawah yang digarap oleh buruh kulian), yang masing-masing
luasnya 90 ubin. (2) Ada 76 kepala keluarga yang melaksanakan
kerja bakti dan ronda malam bagi kepentingan seluruh masya-