Page 265 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 265

PPPM - STPN Yogyakarta                                                                                             Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

            keber adaan dari sungai tersebut. Pada awalnya (sekitar tahun 1960-                           meng klaim  bahwa  tanah  yang  sekarang  ada  rumahnya  tersebut
            an) di sekitar daerah aliran sungai ini, penguasaan tanah diawali                             diakuinya  sebagai  tanah  miliknya  yang  merupakan  warisan  dari
            dengan pendudukan  wilayah sempadan yang oleh masyarakat  di-                                 nenek moyang mereka.
            sebut sebagai tanah milik bersama. Tanah itu akhirnya dimanfaatkan                                Sementara  itu  dalam  peraturannya,  tanah  yang  belum  atau
            penduduk sekitar untuk ditanami beberapa jenis tanaman semusim                                tidak  melekat  atau  terdaftar  dengan  sesuatu  hak  atas  tanah  di
            seperti pisang, ubi kayu, dan sayur-sayuran. Selain itu dengan dalih                          atasnya, maka tanah tersebut adalah tanah negara. Di pulau Jawa
            untuk  pengamanan  daerah  pinggiran  sungai,  maka  beberapa                                 hal ini ditandai dengan tidak terdaftarnya tanah tersebut sebagai
            penduduk sekitar juga menanam tanaman tahunan seperti mangga,                                 tanah obyek pajak di Buku C Desa, atau tercatat dalam buku desa
            jambu dan kelapa.  Seiring dengan perubahan pola sosial ekonomi                               sebagai Tanah Negara atau Government Grond (GG).

            dalam masyarakat tersebut, tanah milik bersama masyarakat  itu                                    Dalam  hal  tanah  negara  sebagai  obyek  pendaftaran  tanah
            secara bertahap dikuasai oleh anggota masyarakat dengan sistem                                sebagai mana  dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  f,  pendaftarannya
            penguasaan individual atau secara perorangan dan oleh masyarakat                              dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang merupakan
            diakui  secara  tak  tertulis  baik  berdasarkan  hubungan  keturunan                         Tanah  Negara  dalam  daftar  tanah.  Berkaitan  dengan  ketentuan
            maupun  penguasaan.  Dalam  perjalanan  waktu,  Kota  Surakarta                               tersebut di atas, ketika pemerintah kota mulai melihat gelagat dari
            semakin  berkembang  menjadi  kota  yang  semakin  sibuk  dan                                 penduduk setempat, ditanyakanlah bukti kepemilikan tanah yang
            dinamis. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk Kota Surakarta juga                              mereka  tempati.  Ternyata  mereka  tidak  bisa  menunjukkan  bukti

            semakin  bertambah.  Konsekeuensinya  kebutuhan  akan  rumah                                  kepemilikan  tanah  tersebut.  Di  sisi  lain,  ternyata  Pemerintah
            tinggal-pun semakin banyak diperlukan penduduk. Mulailah sekitar                              Kotamadya Surakarta juga tidak bisa membuktikan bahwa tanah di
            tahun  1970-an  tanah  yang  ditanami  tanaman  semusim  maupun                               sekitar  Sungai  Kalianyar  adalah  tanah  negara  yang  di  atas  tanah
            tanaman tahunan bahkan tanah yang tumbuh rerumputan, dibersih-                                tersebut tidak ada satupun hak yang dipunyai oleh pihak lain selain
            kan masyarakat dan didirikanlah rumah-rumah tinggal oleh pen-                                 Pemerintah Kota Surakarta. Oleh karena itu semakin kuat anggapan
            duduk  setempat.  Setelah  beberapa  penduduk  mendirikan  rumah                              masyarakat bahwa tanah tersebut adalah tanah negara bebas. Atas
            bersama-sama  dan  tidak  ada  peringatan  sama  sekali  dari                                 dasar  itulah,  akhirnya  masyarakat  mengajukan  secara  bersama-
            pemerintah, mulailah penduduk yang lain mengikuti jejaknya men-                               sama kepada Pemerintah Kotamadya Surakarta melalui Pemerintah
            diri kan rumah di sekitar Sungai Kalianyar. Rumah-rumah yang ada                              Kecamatan  Banjarsari  bahwa  mereka  menguasai  tanah  negara

            luas  tanahnya  berbeda-beda  sesuai  dengan  keinginan  penduduk                             bebas tersebut.
            masing-masing.  Hal  ini  tentunya  berkaitan  dengan  kemampuan                                  Awal  pengajuan  permohonan  penguasaan  tanah  negara  oleh
            ekonomi dari masing-masing penduduk ketika mendirikan rumah.                                  masyarakat  ini  sebetulnya  diinisiasi  oleh  masyarakat  Kelurahan
            Ada yang mampu mendirikan rumah dengan ukuran agak besar, ini                                 Gilingan.  Melalui  Pemerintah  Kelurahan  Gilingan  yang  disetujui
            tentu  saja  didirikan  pada  tanah  yang  lebih  luas.  Ada  pula  yang                      oleh Camat Banjarsari, masyarakat mengajukan permohonan tanah
            mendirikan  rumah  kecil  saja  yang  memerlukan  tanah  yang  tidak                          negara  untuk  dikuasainya  kepada  Pemerintah  Kotamadya
            begitu luas. Untuk menjamin keamanan penduduk yang menempati                                  Surakarta.  Akhirnya  pada  Tahun  1998  Walikotamadya  Daerah

            daerah  sekitar  Sungai  Kalianyar  tersebut,  mulailah  penduduk                             Tingkat II Surakarta mengeluarkan persetujuan permohonan tanah

            264                                                                                                                                                         265
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270