Page 46 - Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat (Hasil Penelitian Strategis PPPM STPN 2014)
P. 46

PPPM - STPN Yogyakarta              Penataan dan Pengelolaan Pertanahan yang Mensejahterakan Masyarakat

 seperti  PRONA  maupun  redistribusi  tanah  dan  ditata   di mana negara adalah merupakan penguasa tertinggi atas segala
 melalui  konsolidasi  tanah.  Prioritas  utamanya  adalah   tanah  yang  ada  di  wilayah  Republik  Indonesia,  sehingga  dengan
 penataan  pertanahan  di  Pulau  Lembeh  sedapat  mungkin   demikian  kewenangan  dari  masyarakat  hukum  adat  setempat,
 harus  mengakomodir  dan  memberikan  jaminan  per-  sekali pun  oleh  UUPA  itu  sendiri  secara  tegas  masih  menyatakan
 lindungan ekonomi dan kepastian hukum serta memperkuat   mendasarkan  diri  pada  Hukum  Adat,  berada  dalam  penguasaan
 peran serta masyarakat lokal dalam desain pembangunan   dan pengaturan negara sebagaimana ketentuan Pasal 5 UUPA. 16
 wilayah.          Setelah  berlakunya  ketentuan  tersebut  maka  kewenangan
               berupa  penguasaan  tanah-tanah  oleh  persekutuan  hukum  dalam
 b.  Jika tanah di Pulau lembeh termasuk dalam tanah kelakeran
               hal  ini  tanah  kalakeran  atau  pasini  mendapat  pembatasan  se-
 atau  tanah  pasini.  Maka  ini  akan  menimbulkan  konsekuensi
               demikian  rupa  dari  kewenangan  pada  masa-masa  sebelumnya
 yang sangat signifikan. Berdasarkan ketentuan konversi tanah
               karena sejak saat itu segala kewenangan mengenai persoalan tanah
 dalam UUPA, disebutkan  bahwa tanah milik termasuk tanah
               terpusat  pada  kekuasaan  negara.  Walaupun  oleh  UUPA  telah
 pasini kemudian dapat dikonversi menjadi tanah milik. Artinya
               ditegaskan  bahwa  Hukum  Agraria  Nasional  itu  didasarkan  pada
 sah penguasaan dan klaim yang diajukan oleh keluarga Xaverius
               hukum  adat  dan  beberapa  hak  masyarakat  hukum  adat  masih
 Dotulong  atas  pulau  lembeh.  Namun  ini  pun  akan  banyak
               diakui, namun pengakuan tersebut tidaklah berpangkal pada peng-
 bertentangan dengan ketentuan hukum tanah nasional seperti
               hargaan terhadap hukum adat dan kewenangan dari pada masya-
 melanggar  aturan  tentang  batas  maksimal  penguasaan  tanah
               rakat  hukum  adat  itu,  melainkan  berpangkal  pada  ke wenangan
 yang  ada  di  Indonesia.  Dan  sangatlah  bertentangan  dengan
               pemerintah.
 keadilan ketika pulau sebagai bagian wilayah negara Indonesia
                   Masyarakat hukum adat sudah tidak mempunyai kewenangan
 hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.
               yang bersifat otonom dalam persoalan pertanahan dan masyarakat
 Sejak  tahun  1960  dengan  diterbitkannya  Undang-Undang   hukum adat hanyalah berfungsi selaku “kuasa pelaksana” dari hak
 Nomor 5 Tahun 1960 terjadi suatu perubahan yang fundamental   menguasai  negara.  Inipun  tidak  mutlak  sifatnya  oleh  karena
 dalam struktur hukum pertanahan di Negara Indonesia. Perubahan   pelimpahan  kuasa  di  maksud  hanyalah  dilaksanakan  sekedar
 tersebut juga membawa dampak terhadap kewenangan masyarakat   diperlukan,  sehingga  kalau  hal  yang  demikian  tidak  diperlukan
 hukum adat atas tanah. Hal ini dikarenakan perubahan konsepsionil   tidak  diharuskan  untuk  memberikan  kuasa  kepada  masyarakat-

 yang dikenalkan oleh UUPA berkenaan dengan masalah penguasaan   masyarakat  hukum  adat  setempat.  Dengan  demikian  kekuasaan
 tanah.  Menurut  konsepsi  UUPA  sebagaimana  disebutkan  dalam   masyarakat hukum adat atas tanah tersebut hanyalah sekedar suatu
 Pasal  2  ayat  (1)  bahwa  bumi,  air,  dan  ruang  angkasa,  termasuk   wewenang limpahan saja.
 kekayaan  alam  yang  terkandung  didalamnya  itu  pada  tingkatan   Persoalan ini dapat dijumpai pengaturannya di dalam Peraturan
 tertinggi  dikuasai  oleh  Negara,  sebagai  organisasi  kekuasaan   Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan
 seluruh rakyat.   Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah.  Di dalam peraturan ter-
 Dengan  berdasarkan  atas  hak  tersebut,  maka  seluruh  tanah

 yang ada pada tingkat tertinggi berada di bawah penguasaan negara   16   Tjitra D.P. Lukum. Ibid, hal. 74-75

 44                                                                           45
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51