Page 133 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 133

bagi rasa keadilan sosial, dan pastilah nihil dari usaha mengedepankan hak-hak
                                          146
            rakyat atas sumber-sumber agraria”.
                Dalam kapitalisme terjadi komersialisasi hubungan-hubungan agraris dan
            pemusatan penguasaan produksi yang memotong langsung kulit pembungkus
            adat kebiasaan subsistensi dan hak-hak sosial tradisional dan menggantikannya
            dengan kontrak-kontrak, pasar dan hukum yang seragam. Tidaklah heran
            jika konflik agraria struktural menjadi realitas yang rutin kita hadapi. Konflik
            agraria struktural melibatkan penduduk berhadapan dengan kekuatan modal
            dan/atau instrumen negara. Posisi negara yang direpresentasikan lembaga
            pemerintah, badan-badan usaha milik negara/daerah, maupun institusi militer
            dan perusahaan swasta kerap kali muncul sebagai “lawan” rakyat pada berbagai
            jenis sengketa.
                R. Roestandi Ardiwilaga mengatakan bahwa :
                                                       147
                “Hak milik itu dapat dipandang sebagai hak benda tanah, hak dimana
                memberi kekuasaan kepada yang memegang untuk memperoleh
                (merasakan) hasil sepenuhnya dari tanah itu dan untuk mempergunakan
                tanah itu seolah-olah sebagai eigenaar, dengan memperhatikan peraturan-
                peraturan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan pemerintah”
                Perseorangan yang mempunyai hak milik dapat bertindak menurut
            kehendak sendiri  asal tidak melanggar hukum adat setempat dan tidak
            melampaui batas-batas yang diadakan pemerintah. Ia berkuasa menjual
            tanahnya menggadaikan, memberikan sebagai hadiah kepada orang lain dan
            jika ia meninggal dunia tanah itu menjadi hak warisnya.

                Eddy Ruchiyat mengatakan bahwa :  148
                Hak milik adat adalah hak perorangan yang paling kuat, dimana
                pemegangnya mempunyai wewenang yang luas terhadap tanahnya, asal
                memperhatikan hak ulayat sepanjang masih ada, memperhatikan hak
                pemilik tanah lain, memperhatikan ketentuan yang ada dan peraturan
                lain. Subyek hak milik tidak hanya individu tetapi persekutuan hukum
                dapat pula mempunyainya seperti desa.


                146   R. Roestandi Ardiwilaga, Hukum Agraria Indonesia, (Bandung, NV. Masa Baru, 1962),hlm. 53.
                147   R. Roestandi Ardiwilaga, op.cit., hlm. 55.
                148   Eddy  Ruchiyat,  Politik Nasional Sampai Orde Brau,  (Bandung: Alumni
            Bandung,1984) hlm. 38.


                                           116
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138