Page 7 - Kembali ke Agraria
P. 7

Usep Setiawan

            ma menekuni pelatihan metodologi studi agraria yang melibatkan
            para pihak, masing-masing pejabat struktural BPN RI, dosen/staf
            pengajar, dan para pegiat pergerakan. Peristiwa yang sesungguhnya
            sederhana, namun bermakna dalam karena untuk ‘pertama kalinya
            dalam sejarah republik’ para pihak yang semula ‘berseberangan’ da-
            pat duduk bersama. Peristiwa itu tidak mungkin terjadi tanpa kontri-
            busi dan peran Usep Setiawan yang pada saat itu menjabat sebagai
            Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
                Kehadiran dan keterlibatan para pegiat gerakan agraria berhasil
            memampukan pelatihan metodologi studi agraria tersebut untuk
            mengungkap data dan kejadian konflik agraria yang selama ini belum
            direkam oleh kantor-kantor pertanahan di daerah. Sebaliknya, para
            pegiat gerakan agraria dapat mempelajari lebih dalam metode pengo-
            lahan data untuk menampilkan problematika agraria di wilayah
            dampingannya masing-masing. Lebih jauh lagi, kedua belah pihak
            semakin terang memandang apa yang dimaksud Kepala BPN RI
            dengan menjabarkan ‘Reforma Agraria = asset reform + access reform’.
            Atas prakarsa dan dukungan rekan Usep Setiawan pula para pegiat
            gerakan agraria secara aktif telah memberikan masukan dan pemi-
            kiran alternatif dalam menggagas bentuk analisa dan pengembangan
            pemahaman tentang keterkaitan antara kemiskinan, konflik dan
            reforma agraria di wilayah Jawa bagian Selatan.
                Momentum dan proses sepenting itu sepatutnya memperoleh
            kesempatan untuk dapat dilanjutkan di masa-masa yang akan datang,
            dengan harapan bahwa titik temu dan ketegangan antara para pihak
            yang ‘berseberangan’ tersebut dapat menghasilkan dinamika yang
            konstruktif. Berangkat dari kesadaran bahwa kompleksitas persoalan
            agraria di Indonesia tidak mungkin diselesaikan sendiri-sendiri, maka
            suatu keniscayaan bahwa reforma agraria berdiri sebagai agenda
            bangsa, yakni agenda bersama untuk mewujudkan keadilan dan
            kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
                Sebagai pemulai dari munculnya dinamika konstruktif itu, rekan
            Usep Setiawan yang sampai saat ini masih konsisten berkiprah dalam


            vi
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12