Page 10 - Kembali ke Agraria
P. 10

Sekapur Sirih

               jembatan berikutnya, dan seterusnya.
                   Penulis berproses dalam dinamika gerakan petani, pertanian
               dan agraria. Dengan dada sesak, penulis kerap menyaksikan rakyat
               digusur, terusir dari kampungnya, rumahnya dirobohkan, kebunnya
               dibabat. Penulis kerap marah saat menyaksikan rakyat dirampas
               tanahnya dengan cara kekerasan, bahkan tak sedikit yang gugur saat
               berjuang. Banyak petani berlahan sempit bahkan tak bertanah sama
               sekali. Sedikit saja anak desa yang bisa sekolah tinggi dan menggapai
               cita-citanya. Begitu panjang daftar penderitaan hidup kaum tani. Nah,
               penderitaan petanilah alasan utama penulis tak berpaling ke lain
               soal. Derita petani, derita kita jua.
                   Pada akhir tahun 1995, penulis bergabung dengan Konsorsium
               Pembaruan Agraria (KPA)—koalisi dari organisasi gerakan sosial
               yang memperjuangkan reforma agraria—sebagai relawan. Anggota
               KPA ialah serikat petani, masyarakat adat, nelayan, buruh, dan NGO
               dari berbagai daerah. Setelah menjalani aneka posisi dan peran,
               Munas KPA tahun 2005 di Prapat Sumut memilih penulis sebagai
               Sekretaris Jenderal sekaligus Koordinator Dewan Nasional, dan
               penulis terpilih sebagai Ketua Dewan Nasional melalui Munas KPA
               tahun 2009 di Puncak Bogor.
                   Selama lima belas tahun lebih berproses, penulis beruntung bisa
               bertemu dan berdialog langsung mengenai reforma agraria dengan
               banyak kalangan. Penulis kerap bergumul dengan para aktivis gerakan
               sosial dari berbagai isu dan warna perjuangan, dengan para pemimpin
               organisasi rakyat dari gerakan tani, buruh, nelayan dan masyarakat
               adat di Nusantara. Sesekali penulis berdiskusi dengan para wakil rakyat
               dari berbagai komisi dan fraksi di parlemen, dengan para guru besar
               dan pakar ternama dari berbagai kampus. Ada kalanya penulis bertemu
               menteri atau pejabat setingkat menteri dan para pejabat di berbagai
               instansi pemerintahan, serta pernah bertemu langsung dengan Presiden
               RI dalam mendorong komitmen politik atas pelaksanaan reforma agraria.
                   Hasil dari pergaulan itu, buahnya ialah kesadaran bahwa bagi
               penulis ternyata reforma agraria lebih dari sekedar pengetahuan, me-


                                                                         ix
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15