Page 45 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 45

M. Shohibuddin & M Nazir S. (Penyunting)

            Tahun 2001 para aktivis gerakan agraria dan gerakan ling-
            kungan berhasil memasukkan agenda pembaruan agraria
            dan pengelolaan sumberdaya alam sebagai kebijakan resmi
            negara (TAP MPR RI No IX/MPRRI/2001). Meski keber-
            hasilan ini disikapi berbeda-beda oleh kalangan organisasi
            non pemerintah namun kebijakan ini merupakan tonggak
            bersejarah, karena membentuk rute selanjutnya dari agenda
            reforma agraria, baik yang diusung oleh badan-badan negara,
            maupun organisasi-organisasi gerakan agraria (Fauzi 2007).
                Perjalanan waktu kemudian menunjukkan betapa jauh
            panggang dari api. Amanat yang tertuang dalam TAP MPR
            RI No IX/MPRRI/2001, ternyata tidak menjadi mesin peng-
            gerak perubahan di seluruh sektor sumberdaya alam dan
            agraria. Mesin perubahan keadilan agraria yang dituntut oleh
            Ketetapan MPR No IX hanya direspon oleh lembaga perta-
            nahan saja (dalam hal ini BPN). Di luar BPN, berbagai
            kementerian dan pemerintahan daerah yang menangani
            pengaturan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
            dan agraria; masih menjalankan bussiness as usual, tak banyak
            berubah alias bergeming. Termasuk dalam hal ini menyele-
            saikan konflik-konflik sumberdaya alam dan agraria yang
            bertambah akut. Tampak tidak ada kemauan politik yang
            kuat dari SBY untuk mensinergikan badan-badan pemerin-
            tah agar berkomitmen menjalankan agenda reforma agraria
            secara sinergis dan terpadu. Sehingga tak heran bila hingga
            buku ini diluncurkan PP Reforma Agraria tak kunjung diter-
            bitkan SBY (bahkan mungkin tidak terbit hingga akhir era
            pemerintahan SBY). Sebagai akibatnya redistribusi tanah
            yang dijalankan BPN masih terjebak pada legalisasi asset,
            dan Reforma Agraria terasa asing di telinga aparatur peme-


            xliv
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50