Page 209 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 209
Gunawan Wiradi
tiga kali lipat dari tanah B, maka waktu yang dihabiskan mencapai
enam hari kerja. Dalam kasus ini, maka A berhutang empat hari
kerja kepada B. Namun karena B tidak memiliki sawah lagi untuk
dikerjakan, lantas di mana A harus membayarkan hutang tena-
ganya? Di tegalan!
Sebelum landreform, tegalan di desa ini tidak pernah
diusahakan (lahan tidur). Di bawah peraturan landreform desa,
tanah ini terbuka bagi siapapun warga desa dalam arti siapapun
yang memiliki sawah buruhan akan dengan sendirinya memiliki
sepetak tanah tegalan sejalan dengan mekanisme “sistem
pertukaran tenaga”. Batas luas tanah tegalan tergantung pada
seberapa luas tanah tersebut telah digarap. Jadi, dalam kasus
contoh di atas, maka untuk membayar tenaga B selama empat
hari, A harus bekerja (bersama B tentunya) di tegalan selama
empat hari. Luasan tanah yang bisa dikerjakan oleh A dan B
selama empat hari itulah yang kemudian menjadi milik B. Namun
mengingat penggarapan lahan tidur ini lebih berat dari sawah,
maka luasan tanah ini lebih sempit dibanding sawah milik A (yang
telah dikerjakan oleh mereka berdua selama empat hari).
Sistem pertukaran tenaga di desa ini dijalankan dalam
beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri atas 4-7 rumahtangga
(Lihat Gambar 10.2 di atas). Jadi, pertukaran tenaga ini merupakan
tukar menukar tenaga dalam satu kelompok. Ia dapat dilakukan
di antara para kuli baku, di antara para buruh kuli, ataupun di antara
semua petani yang menjadi anggota suatu kelompok.
Kadangkala juga terdapat kesepakatan tambahan di antara
pihak-pihak yang bertukar tenaga ini menyangkut penggunaan
bajak. Rasio umum dari penggunaan bajak dengan penggunaan
cangkul adalah 1 : 3 yang berarti satu jam pekerjaan membajak
172