Page 207 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 207

Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ...  189


              dengan hak komunal  atas  tanah  adalah hak milik bersama  atas  tanah
              suatu masyarakat hukum adat atau hak bersama atas tanah yang diberikan
              kepada masyarakat yang berada pada kawasan hutan atau perkebunan.

              Hak Adat (Perorangan) Atas Tanah

                  Menurut Budi  Harsono bahwa  pada kenyataannya kekuatan hak
              ulayat cenderung berkurang, dengan makin menjadi kuatnya hak pribadi
              para warga atau anggota masyarakat hukum adat yang bersangkutan atas
              bagian-bagian  tanah-ulayat  yang  dikuasainya. Hal ini bermakna bahwa
              jika hak ulayat melemah maka hak adat atas tanah oleh individu semakin
              menguat, sehingga lama kelamaan menjadi hak milik. Hak perorangan atas
              tanah adat sering disebut hak milik adat.
                  Sesuai dengan tujuan dari UUPA, semua tanah baik yang dimiliki atas
              nama seseorang atau badan hukum, diwajibkan untuk dikonversi menjadi
              salah satu hak-hak atas tanah menurut UUPA dan didaftarkan, sehingga
              terwujud unifikasi dan kesederhanaan hukum dalam hukum pertanahan
              Indonesia . Konversi tanah-tanah yang tunduk kepada hukum adat dan
                       20
              sejenisnya diatur dalam  Pasal  II,  Pasal VI dan  Pasal VII serta dipertegas
              dengan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 2 Tahun 1962 dan
              SK Menteri Dalam Negeri Nomor 26/DDA/1970 yaitu “tentang Penegasan
              Konversi Dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia Atas Tanah”, dan saat
              ini masih diatur dalam PP No. 24 Tahun 1997. Dengan pengaturan tersebut,
              semestinya  terhadap  pemilikan dan  penguasaan  tanah-tanah adat oleh
              masyarakat Dayak yang sudah dilakukan secara turun-temurun walaupun
              tidak didasarkan pada bukti-bukti surat (tertulis) masih mungkin dilakukan
              pendaftaran oleh otoritas pertanahan melalui lembaga konversi.

                  Demikian juga halnya Pemda Provinsi Kalteng,  telah mengakui,
              menghormati dan menghargai keberadaan hak-hak masyarakat adat Dayak
              seperti tanah adat maupun hak-hak adat di atas tanah baik dimiliki oleh
              perorangan atau milik bersama (sejajar dengan hak ulayat) sebagaimana
              tercantum  dalam Pasal  38  jo Pasal  1 butir 19  sampai  dengan 20 Perda
              Provinsi Kalteng No. 16 Tahun 2008. Penghargaan dan pengakuan terhadap
              keberadaan tanah adat dan hak-hak adat di atas tanah dimaksud dilakukan


              20  A.P. Parlindungan (1990:  1) menyatakan: “Konversi  itu  sendiri  adalah
                  pengaturan dari  hak-hak tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA untuk
                  masuk  dalam  sistem  dari  UUPA”. Sedangkan Boedi Harsono (1968: 140)
                  menyatakan:  “Konversi adalah perubahan hak yang lama menjadi satu hak
                  yang baru menurut UUPA”.
   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212