Page 127 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 127

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                republik.  Salah  satu  contoh  yang  sangat  bagus  adalah  Sultan  Siak  Sri
                Indrapura.  Raja  yang  bernama  Syarif  Kasim  bin  Hasim  Abdul  Jalil
                Syaifuddin itu menaikan bendera merah putih di depan istananya segera
                setelah  dia  mendapat  kepastian  tentang  proklamasi  kemerdekaan  RI.
                Pada  tanggal  28  November  1945  dia  mengirim  telegram  kepada
                Presiden  Sukarno  yang  isinya  menyatakan  kesetiaannya  kepada
                pemerintah  RI  dan  menegaskan  untuk  berdiri  di  belakang  Presiden
                Sukarno  dan  Wakil  Presiden Moh.  Hatta.  Dia  juga  menyerahkan  harta
                pribadinya kepada pemerintah RI yang ditaksir berjumlah f. 13.000.00,-
                Di  samping  itu  dia  juga  menyerahkan  berbagai  jenis  senjata,  seperti
                                                                          84
                senapan,  meriam,  tombak,  pedang/klewang  kepada  rakyat.   Tanggal
                28 November itu juga dia dengan segera meletakan jabatannya sebagai
                sultan dan menyerahkan dirinya serta harta bendanya kepada republik.
                85
                        Pengkhianatan  terhadap  republik  juga  dilakukan  oleh  para
                uleebalang  di  Aceh.  Aksi  mereka  ini  juga  dilakukan  pada  hari-hari
                pertama  lahirnya  republik.  Segera  setelah  mendengar  penyataan  Shu
                Chokan Aceh, para uleebalang segera membentuk panitia penyambutan
                kedatangan Belanda, mereka merencanakan penyambutan secara besar-
                besaran.  Mereka  menyatakan  pula  dengan  terang-terangan  bahwa
                mereka  akan  melakukan  pembalasan  terhadap  rakyat  dan  para
                pemimpin  rakyat  yang  melawan  Belanda,  serta  menyebabkan  mereka
                lengser  dari  posisinya  segera  setelah  Belanda  pergi  pascapenyerahan
                tanpa syarat kepada Jepang.
                        Pada awal September mereka telah mulai memaksa rakyat untuk
                melaksanakan  ―kewajiban  tradisional‖,  melakukan  kerja  wajib/paksa
                pada kebun dan tanah mereka. Salah seorang uleebalang Sigli, tepatnya
                di  Lammeulo,  yakni  Teuku  M.  Daud  Cumbok  dengan  segera
                menghubungi pejabat-pejabat Belanda yang ditawan di Rantau Prapat
                (15  September)  untuk  menyatakan  harapan  agar  mereka  selamat  dan
                berharap agar mereka segera kembali ke Aceh. Dia dan didukung oleh
                anak  buahnya  juga  menghimpunkan  mantan  KNIL.  Tindakan
                pengkianatan  para  uleebalang  juga  diungkapkan  dari  aksi  tanggal  12
                Oktober yang menurunkan bendera merah putih yang tengah berkibar
                di  depan  kantor  Guncho  di  Lammeulo.  Aksi  penentangan  terhadap
                republik  juga  dilakukan  dengan  mencabuti  poster-poster  mendukung
                kemerdekaan yang dipasang pemuda.
                                                    86




                                                                                 115
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132