Page 584 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 584

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                dalam  KMB  kurang  diperhitungkan  oleh  pihak  Pemerintah  Indonesia
                dan Belanda. Memang, sulit bagi orang Irian Barat yang pada masa itu
                tidak  banyak  memiliki  orang  Irian  Barat  yang  berpendidikan.
                Berdasarkan  pada  pengalaman  di  masa  lalu,  ketika  hendak
                diselenggarakan  konferensi  Denpasar,  pemerintah  Belanda  menolak
                mengirim  wakilnya  karena  menganggap  belum  ada  orang  Irian  Barat
                yang  mampu  mengikuti  konferensi  tersebut.  Laporan  rahasia
                pemerintah Australia di Hollandia tentang berbagai aktivitas dan reaksi
                orang  Irian  Barat  menjelang  KMB  menyatakan  bahwa  Pemerintah
                Belanda  pun  masih  beranggapan  bahwa  hingga  saat  ini,  belum  juga
                ada orang Irian Barat yang mampu berperan dalam skala politik tingkat
                tinggi. Penjelasan pemerintah ini diterima dengan cara by acquiescing in
                                                            145
                this method of ― about you and without you.‖
                        Dengan demikian tidak ada orang Irian Barat asli yang mewakili
                orang  Irian  Barat  untuk  membicarakan  masalah  Irian  Barat.  Yang
                mewakili orang Irian Barat adalah  pihak pemerintah Belanda, tepatnya
                pegawai  pemerintah  Belanda,  sementara  di  pihak  Indonesia,  terdapat
                wakil  dari  Irian  Barat  asli    yaitu  Silas  Papare  yang  statusnya  hanya
                                          146
                sebagai pengamat di KMB.

                9.12. Orang Irian Barat  Pasca Konferensi Meja Bundar.

                        Menurut Lageberg, ―kekacauan politik yang terjadi di Irian Barat
                selama  1949  dan  1950  menghilang  setelah  berakhirnya  KMB  dan
                                                                          147
                kembalinya banyak orang Indonesia ke tempat asal mereka‖.  Namun,
                pandangan  Lageberg  yang  menegaskan  bahwa  hanya  aktivitas  orang
                Irian  Barat  yang  mendominasi  perjuangan  politik  sesudah  KMB  tidak
                sepenuhnya  betul.  Di  beberapa  tempat  di  Irian  Barat  ditemukan
                kelompok  elit  dan  orang  Irian  Barat  yang  terlibat  dalam  partai  politik
                seperti  KIM  dan  PKII  yang  terus  melakukan  kegiatan  bawah  tanah
                menolak kelanjutan pemerintah Belanda di Irian Barat.
                        Drooglever menegaskan bahwa pada awal  1950-an masih ada
                simpati  yang  tersebar  cukup  luas  terhadap  Indonesia,  khususnya  di
                bagian-bagian barat Irian Barat. Tentu saja simpati ini paling kuat ada
                pada kira-kira seribu orang Indonesia yang bekerja di industri minyak di
                Sorong dan daerah penyanggahnya, orang-orang Buton dekat Fak-Fak,
                dan  orang-orang  Jawa  di  wilayah  pertanian  dekat  Merauke.  Namun,
                banyak  juga  orang-orang  Irian  Barat  yang  tidak  bersikap  menolak
                terhadap  Indonesia,  khususnya  orang-orang  Serui.  Di  antara  mereka



                572
   579   580   581   582   583   584   585   586   587   588   589