Page 585 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 585

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                                    148
                adalah  Silas  Papare.   Pernyataan  Drooglever  ini  menandakan  bahwa
                dukungan terhadap perjuangan Indonesia juga datang dari orang Irian
                Barat termasuk Serui.

                        Di  bagian  lain  dalam  kajiannya,  Drooglever  juga  menegaskan
                bahwa  bukan  saja  orang  Serui  yang  berada  di  Serui  dan  di  beberapa
                tempat  lainnya  di  Irian  Barat  terlibat  dalam  upaya  mendukung
                Indonesia.  Di  Biak  misalnya,  ada  Corinus  Krey,  Lucas  Rumkorem  dan
                putranya Zeth. Di pantai Waropen ada pemburu buaya Stephan Refasi.
                Begitupun  dengan  Petrus  Wetebossy,  Marthen  dan  Amos  Indey  dan
                Petrus Sembor. Mereka semua adalah ambtenar dan guru dari angkatan
                               149
                yang lebih tua.  Drooglever juga mengungkapkan bahwa pada 1956
                Hermanus  Wayoi  dan  Agus  Nenepath  yang  berkerja  pada  dinas
                pemerintah ―secara publik menyatakan diri pro-Indonesia‖.
                        Walaupun  dukungan  terus  berlangsung  terhadap  Indonesia,
                baik oleh masyarakat Irian Barat maupun non-Irian Barat di Irian Barat,
                pemerintah  Belanda di Irian Barat terus melakukan pengawasan bahkan
                penangkapan. Di Serui misalnya, sejak 1946 orang Serui telah menjadi
                sorotan pemerintah Belanda akibat keterlibatan mereka dalam kegiatan
                politik  mendukung  Indonesia.  Terdapat  berbagai  laporan  telah  tejadi
                pertemuan rahasia  dan kegiatan  kampanye. Pemimpin asal  Irian Barat
                seperti  Benjamin  Kajai,  Silas  Kamarea,  Willem  Wajankau  dan  Mateus
                mengorganisir  berbagai  kegiatan  ini,  tetapi  pemimpin  sesungguhnya
                bukan orang Irian Barat melainkan Ahmad Djalali.
                                                               150
                        Dalam catatan harian Stevanus Rumbewas, terdapat pula upaya
                lain  yang  dilakukan  pemerintah  Belanda  di    Hollandia  untuk
                mendatangkan kapal Dreite di Serui yang membawa serta batalion Irian
                Barat  untuk menakut-nakuti rakyat di kampung-kampung dan di kota,
                yang  dianggap  terlibat  dalam  partai  politik.  Selain  itu,  mereka
                mengambil  benda-benda  yang  ada  kaitan  dengan  merah  putih.
                Pemerintah  setempat,  yaitu  HPB,  melarang  berbagai  aktivitas  partai
                                                                                151
                politik dan menangkap para pimpinan dan kemudian dipenjarakan.
                        Sikap  dan  dukungan  rakyat  di  Serui  tetap  tidak  dapat  diubah
                dan  dipengaruhi  oleh  berbagai  tindakan  pemerintah  Belanda.
                Perjuangan kelompok elit Serui untuk mempertahankan Serui dan Irian
                Barat  sebagai  bagian  dari  Indonesia  terus  berlanjut.  Hal  ini  tampak
                ketika  kehadiran  Komisi  Indonesia  di  Serui  pada  29  Mei1950.  Tim
                Komisi  Indonesia  yang  hadir  yaitu  Mr.  Muh.  Yamin,  Mr.  Lauharhary,



                                                                                 573
   580   581   582   583   584   585   586   587   588   589   590