Page 158 - Penelitian Pendidikan
P. 158
vi) Mulai saat itu, ambil setiap nama K pada daftar sampai ukuran sampel yang diinginkan tercapai.
vii) Jika akhir daftar tercapai sebelum sampel yang diinginkan tercapai, kembali ke bagian atas daftar.
Contoh Pengambilan Sampel Sistematis. Jika pengawas kami menggunakan sampling sistematis, prosesnya adalah sebagai berikut:
a) Populasinya adalah 5.000 guru dalam sistem sekolah pengawas.
b) Ukuran sampel yang diinginkan adalah 500.
c) Pengawas memiliki direktori yang mencantumkan semua guru dalam sistem
dalam urutan abjad. Daftar ini tidak disusun secara acak, tetapi ini adalah yang
terbaik yang tersedia.
d) K sama dengan ukuran populasi, 5.000, dibagi dengan ukuran sampel yang
diinginkan, 500. Jadi K (5.000 500) 10.
e) Pilih satu nama acak dalam daftar guru.
f) Setiap nama ke-10 setelah titik itu mengidentifikasi seseorang yang secara
otomatis ada dalam sampel. Misalnya, jika guru yang dipilih pada Langkah 5 adalah nama ke-3 dalam daftar, maka sampelnya akan mencakup orang ke- 13, ke-23, ke-33, ke-43, dan seterusnya.
Dalam hal ini, karena sifat daftar yang tidak acak, sampel mungkin tidak mewakili sampel yang dihasilkan dari penerapan teknik lain.
C. Menentukan Ukuran Sampel
Pertanyaan pengambilan sampel yang paling sering diajukan oleh peneliti pemula mungkin adalah, “Seberapa besar sampel saya seharusnya?” Dan jawabannya adalah, “Cukup besar!” Jawaban ini mungkin tidak terlalu menghibur atau tepat, tetapi pertanyaannya sulit. Mengetahui bahwa sampel harus sebesar mungkin membantu, tetapi pengetahuan ini tidak memberikan panduan khusus tentang ukuran yang memadai. Misalnya, populasinya adalah 300 siswa kelas satu. Sampel sebanyak 299, 298, atau 297 siswa akan dengan jelas mewakili populasi—
bahkan hampir setara dengan populasi. Bisakah sampel terlalu besar? Di sisi lain, jika
156