Page 56 - BUKU-AGAMA KATOLIK KELAS VII
P. 56

Artikel 372
                       Pria dan wanita diciptakan ”satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah
                   membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap,
                   melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga
                   kedua orang itu dapat menjadi ”penolong” satu untuk yang lain, karena di satu
                   pihak mereka itu sama sebagai pribadi (”tulang dari tulangku”), sedangkan
                   di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya.
                   Dalam perkawinan, Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga
                   mereka ”menjadi satu daging” (Kejadian 2:24) dan dapat meneruskan
                   kehidupan manusia: ”Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah
                   bumi” (Kej 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria
                   dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya
                   Pencipta atas cara yang sangat khusus.




                     Pandangan dan perjuangan Gereja itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari
                 pandangan dan sikap Yesus yang dalam upaya-Nya mewartakan dan mewujudkan
                 Kerajaan Allah, juga berusaha menegakkan kesederajatan antara perempuan dan
                 laki-laki, sebagaimana nampak dalam Yohanes 8: 2-11 dan  Markus 15: 21-28
                 a.  Baca kedua kutipan tersebut dengan teliti!
                 b.  Buatlah daftar pertanyaaan terhadap hal-hal yang belum kamu pahami dari ke
                    dua kutipan tersebut !
                 c.  Bahaslah pertanyaan-pertanyaan tersebut bersama teman-temanmu dan
                    guru!
                 d.  Buatlah kesimpulan apa kesederajatan yang terungkap dari kedua kutipan
                    tersebut!

                 Untuk Dipahami
                 •  Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi yang diwarnai dengan kebudayaan di
                    mana kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan
                    masyarakat. Pada masa itu, kaum perempuan  Yahudi banyak mendapat
                    perlakuan tidak adil. Ketidak adilan itu misalnya nampak dalam beberapa kasus
                    berikut: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak
                    oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh.
                    8:2-11), Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan
                    jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi
                    tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14).




            50        Kelas VII SMP
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61