Page 83 - BUKU-AGAMA KATOLIK KELAS VII
P. 83

Disana kami diajak untuk menyabit rumput untuk pakan sapi dan
                      mengumpulkan kayu bakar untuk memasak. Bapak senang bercanda.
                          Ketika kami senang mengumpulkan rumput, sambil melemparkan sesuatu
                      Bapak berteriak: “Awas ada ulat nih...!”. Spontan kami menjerit dan mendekati
                      Bapak, lalu kami bertiga memukul-mukul Bapak. Kami tidak mau cari rumput
                      lagi, padahal baru sedikit yang terkumpul. Lalu kami diajak mengumpulkan
                      dahan-dahan tumbuhan yang kering untuk kayu bakar. Bapak menakut-nakuti
                      kami lagi. Kami pun merajuk. Karena hari sudah siang, kami disuruh berteduh
                      di bawah pohon, sementara Ibu menyiapkan makan siang. Saat pulang kami
                      harus membawa rumput dan kayu bakar. Lumayan jauh dan melelahkan tetapi
                      asyik juga. Malamnya kami dapat tidur nyenyak karena kecapaian.
                          Hari ketiga, Bapak dan Ibu Jono mengajak kami untuk ikut kerja bakti
                      mengumpulkan  batu-batu  kali  untuk  pengerasan  jalan  di  gang-gang
                      kampung. Maklum jalannya masih tanah. Aku tidak dapat membayangkan
                      kalau hujan pasti becek dan licin. Ketika sampai di sungai yang tidak jauh dari
                      rumah, terlihat banyak orang sudah berkumpul. Umumnya bapak-bapak dan
                      pemuda. Mereka adalah petani, sehingga tidak terikat pekerjaan. Bapak dan Ibu
                      Jono memperkenalkan kami kepada orang-orang yang ada di sana. Di antara
                      kerumunan orang itu, ternyata kami bertemu dengan semua rombongan kelas
                      kami yang tinggal di keluarga lain. Maka mulailah kami terjun ke kali berbaur
                      dengan warga dan makan bersama. Semua makanan itu disiapkan ibu-ibu
                      warga kampung dengan sumbangan sukarela. Setelah istirahat makan, kira-
                      kira setengah jam, semua bekerja kembali hingga pukul 14.00 WIB. Esoknya
                      kerja bakti dilanjutkan kembali. Sebagian orang memikul batu-batu itu, dan
                      sebagian memasangnya di jalan yang biasa dilalui. Asyik dan menyenangkan
                      juga dapat bermain air di sungai yang jernih. Hal yang lebih mengesankan
                      adalah gotong-royong warga kampung untuk memperbaiki jalan mereka.
                      Hari keempat, aku, Santi dan Clara membantu Bapak dan Ibu Jono memanen
                      singkong, dan sorenya membuat makanan dari singkong yang diparut. Karena
                      yang dibuat itu ternyata banyak maka ibu menyuruh kami untuk mengantar
                      sebagian kue itu untuk tetangga terdekat. “Sekalian silaturahmi...!” kata Ibu
                      saat kami akan mengantarkan ke tetangga. Benar juga, para tetangga itu
                      senang sekali. Mereka ramah dan mengajak aku ngobrol cukup lama. Mereka
                      menanyakan banyak hal, tentang keluargaku, dan hal-hal lain. Mereka seolah
                      kedatangan bidadari. Hari keenam, kira-kira pukul 07.00 WIB, Bapak dan Ibu
                      Jono pamit.







                                                      Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  77
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88