Page 82 - BUKU-AGAMA KATOLIK KELAS VII
P. 82
1. Pengalaman Hidup di tengah Masyarakat
Kelompok masyarakat tempat kita hidup dapat menjadi tempat belajar berbagai
macam kebiasaan baik dan mewujudkan nilai-nilai yang kita anut.
Cerita berikut ini, mengisahkan pengalaman seorang anak yang bersekolah di kota
mengenali dan belajar tentang kebajikan dalam masyarakat di pedesaan saat ia
mengikuti kegiatan live-in.
Pengalaman Indah Tidak Terlupakan
(Sharring Stefani saat mengikuti Live-in)
Waktu live-in, kami tinggal di rumah Bapak dan Ibu Jono. Biasanya mereka
di rumah tinggal berdua saja, sebab anak mereka laki-laki satu-satunya sudah
bekerja di pabrik di kota. Malam pertama tinggal di rumah mereka, aku tak
dapat menyembunyikan umpatan dan kekecewaan, walaupun semuanya
hanya dalam hati. Bayangkan saja, selama hampir seminggu, aku harus
tinggal di sebuah rumah yang masih terbuat dari bilik, tak ada plafon sehingga
gentingnya kelihatan, dapurnya bersebelahan dengan kandang sapi, kamar
mandinya terbuka di luar tanpa atap, airnya harus menimba dulu dari sumur
yang dalam, tak ada TV, lantai rumahnya masih tanah, tempat tidurnya dari
kayu sederhana yang dilapisi kasur tipis sekali, selimutnya tipis seperti yang
biasa dipakai di rumah sakit, makanannya tidak sesuai selera dan tidak ada
pilihan. Jauh dari kota, jauh dari warung penjual makanan, tidak boleh
membawa HP. Sunyi sepi, hanya suara-suara binatang yang kami dengar dan
suara Pak Jono yang mendengkur keras. Santi dan Clara, teman satu rumahku
malahan sempat menangis. Kami hanya saling berbisik mengungkapkan
kekecewaan kami. Sungguh semuanya di luar bayanganku.
Esoknya, hari kedua. Bu Jono membangunkan kami, dan menyuruh kami
mandi. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.... . “Hari
ini Bapak berbaik hati, bak dan ember sudah terisi penuh, cukup untuk kalian
bertiga. Kalian tak usah menimba air. Tapi nanti sore wajib nimba sendiri...
ok?” seru Pak Jono. Wah gaul juga Pak Jono ini, dan memang sejak ketemu
kelihatan orangnya menyenangkan. Selesai mandi, Pak Jono dan Ibu sudah
duduk di tikar menunggu kami untuk sarapan. Lalu kami pun makan bersama.
Ternyata walaupun yang dimakan sederhana, tetapi enak juga makan bersama.
Jarang sekali aku makan bersama dalam keluarga, bahkan dapat dibilang
tak pernah.Selesai sarapan, Bapak dan Ibu mengajak kami ke ladang. Ibu
rupanya sudah menyiapkan makanan dan minuman serta bekal makan siang.
76 Kelas VII SMP