Page 120 - 3 Curut Berkacu
P. 120

 102 3 Curut Berkacu
ke bapak itu.
“Pak, maaf, mau tanya,” kata Iqbal saat bapak itu
berada di dekat kami.
“Toko-toko ini kok pada tutup ya, pak?” tanya Iqbal
saat bapak itu telah menghentikan langkahnya. “Owh iya, dek, kalo toko di belakang sini memang pada tutup di hari Minggu, yang punya pada ke Gereje, dek.” Jawab bapak itu menjelaskan. “Emang adek mau belanja apa?” tanya bapak itu selanjutnya.
“Ini pak, kami mau beli perlengkapan angkatan untuk Polri gitu, Pak.” Jawab Iqbal. “Owh, ya udah, adek lurus aja terus, di dalam sana banyak toko-toko yang buka, jual perlengkapan Polisi,” jelas si bapak itu sambil menunjuk ke arah gang, “owh gitu, terimakasih ya, Pak.” Seru kami hampir bersamaan, “sama-sama, dek!” balas si bapak.
Mendengar arahan si bapak, gue jadi lega. Harapan gue gak hangus, setidaknya gue tidak sia-sia datang dimari jauh-jauh, hahahaha. Dan wajar saja kalau kita melihat banyak toko yang tutup, itu karena kami ternyata menyusuri area belakang pasar yang banyak dihuni oleh pedagang non-Muslim, mereka setiap minggu harus menunaikan kewajibannya pada Tuhan Yang Maha Kaya.
Sesaat gue termenung, memandangi langkah- langkah kaki gue yang menyusuri gang menuju ke dalam pasar. Inilah indahnya Indonesia gue! Kami hidup berdampingan dengan bermacam-macam warna dan latar belakang; agama, suku, bahasa, dan ras. Baik di sekolah maupun di Saka Bhayangkara, gue memiliki banyak teman dengan macam-macam agama dan etnis, tapi selama ini sedikit pun tidak pernah menjadi kendala dalam pergaulan


























































































   118   119   120   121   122