Page 119 - 3 Curut Berkacu
P. 119
Pasar Senen di Hari Minggu 101
“Kita bobol aja, Bim, hahaha!” jawab gue ngasal, Bima ikut tertawa.
“Sebagai pembobol toko yang baik, setelah tokonya dibobol, kita catat aja barang yang diambil dan taruh duitnya seharga barang yang kita ambil, gak dosa kan? Hahahaha!” sambung gue ngasal lagi.
“Eh bener, bagus juga tuh ide lu, Yu, Hahaha...!” Sada ikut membenarkan.
“Yeah, lu pada, halu aja lu pada! Mau digebukin sama orang sini lu?” sela Iqbal menimpali percakapan candaan kami.
Iya, itu hanya candaan gue semata. Mana mungkin anak Pramuka melakukan kejahatan, itu mustahil! Karena sangat melanggar norma Pramuka yang tertuang dalam Dasa Dharma Pramuka poin ke-10, ‘Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan’. Dan norma ini harus selalu kita praktekkan di mana pun dan kapan pun.
Kami terus berjalan, menyusuri toko-toko yang sedang tutup.
“Kata lu, kenapa toko-toko ini pada tutup?” ujar Alkaf yang sejak tadi hanya diam atau hanya ‘cengar-cengir’ saja.
“Udah pada kaya kali, Kaf.” Jawab gue.
“Bodo lah, Yu, gue gak butuh jawaban lu, sumpah!” gumam Alkaf menimpali.
Di salah satu toko itu, di sampingnya ada semacam gang kecil, sepertinya mengarah ke dalam pasar. Saat berada tepat di depan gang, gue melihat seorang bapak- bapak yang sedang berjalan menuju ke arah kami, di tangannya memegang kantongan, mungkin si bapak ini juga abis belanja. Gue mengusulkan ke Iqbal untuk bertanya