Page 146 - 3 Curut Berkacu
P. 146
128 3 Curut Berkacu
makan berkat pengajian semalam,” gurau Iqbal berusaha menenangkan dan mencairkan ketegangan otak gue.
“Masa iya ngebomnya lama amat!” sanggah gue serius. ***
Waktu terus berputar, rasanya sangat cepat berlalu. Aba-aba untuk segera menaiki truk sudah dikeluarkan. Tidak lama, kami sudah berada di atas bak sebuah mobil truk Brimob, bercat abu-abu pekat, dilengkapi dengan tenda warna yang sama untuk melindungi penumpangnya dari terik dan hujan, di moncongnya tertulis ‘POLISI’ dengan warna kuning menyala, juga di samping kiri dan kanannya. Bunyi sirine semakin kencang, keempat roda-rodanya mulai bergerak berputar.
Truk ini mulai berbelok ke kanan menuju gerbang Polres dan segera melaju melewati jalan-jalan menuju Jonggol. Gue masih memandang keluar. Nihil! Gerbang itu terbuka lebar tanpa penghalang. Gue yang duduk di sisi kanan truk dapat melihat dengan jelas suasana gerbang melalui celah jendela kecil pada tenda bak truk ini. Gue pasrah. Sangga yang gue pimpin harus merelakan Sada tidak bersama kami.
Gue mulai menarik wajah gue untuk tidak lagi memandang keluar saat truk telah hampir sempurna berbelok ke kanan. Namun, tiba-tiba sesosok mahluk ‘gembrol’ muncul dari balik tempok gerbang.
“Itu Sada! Itu Sada!” spontan gue berteriak.
“Kak, Kak tunggu! Itu anggota saya! Sada kak!” teriak gue lebih keras ke senior yang berada di depan bersama Polisi yang menyopiri truk sambil beranjak dari posisi duduk gue.