Page 183 - 3 Curut Berkacu
P. 183

 Rona Senja Yang Sama 165
Ia melepas sweater hitam polos yang dikenakannya. Kacu merah putih yang masih menggantung di balik kerah seragam Pramukanya nampak agak lusuh dengan noda kecoklatan, mungkin sisa noda lumpur saat pelantikan minggu lalu. Sebuah baret coklat yang dia tarik dari balik tas yang dibawanya juga dikenakan, gagah.
“Tapi lu belum makan kan, Yu?” tanyanya kemudian sambil menarik sebuah kursi dan duduk persis di hadapan gue.
“Ya, belum lah! Gue kan nungguin lu sama Bima,” jawab gue.
“Setia amat lu, hahaha,” candanya sambil meraih gorengan yang tersdia di atas setiap meja, dan menyodorkan ke gue. “Gue sejak tadi udah makan gorengan banyak, Bal!” tolak gue tersenyum. Gue berbohong, sejujurnya perut gue masih kosong, selain hanya sepotong roti dan belasan gelas air kemasan selama latihan tadi.
Gue sedang gak punya duit untuk membeli lainnya, pas untuk bayar semangkuk soto saja yang gue sudah siapkan. Sudah hampir 2 minggu gue gak jualan donat, sejak beberapa hari sebelum pelantikan hingga saat ini. Rencananya mulai senin depan lagi mulai.
“Eh, sorry gue lama bro, tadi macet karena ada kecelakaan mobil, jadi lalu lintas agak mandeg.” Tiba-tiba saja Bima muncul tanpa salam tanpa tanda-tanda, muncul begitu saja.
Bima menarik kursi di samping gue dan duduk menyamping, lengan kanannya diletakkan di atas meja. Kini semua personil Curut Berkacu sudah lengkap. Kami pun memesan soto seperti biasanya, gue dengan ekstra sambal,



























































































   181   182   183   184   185