Page 184 - 3 Curut Berkacu
P. 184

 166 3 Curut Berkacu
Bima ekstra nasi, dan Iqbal sesuai porsi standa saja.
Bima melirik mangkok gue yang penuh sambal hanya mengerutkan kening dan mencibir, tubuhnya yang gempal digetarkan. Mangkuk sotonya dipenuhi kecap, mungkin karena dia memang kurang manis jadi menutupi kekurang
itu dari kuah soto, hahaha.
“Lu tau gak, gue selama pelantikan itu, gak ‘pup’ sama
sekali tau!” ujar Bima di sela-sela menyuap soto.
“Memang harus banget ya, Bim, lu ceritain itu saat kita lagi makan gini?” protes Iqbal seketika menghentikan
suapannya.
“Ya, gue khan fau &#*@$” jawab Bima gak jelas karena
sambil mengunyah.
“Lu ngomong apa dah, abisin dulu tuh makan lu baru
ngomong!” sanggah Iqbal tersenyum-senyum menyaksikan tingkah kocak Bima.
Bima mengambil segelas air kemasan dan meminumnya perlahan, mendorong soto yang masih di mulut dan tenggorokan segera menuju ke usus-usunya. “Ya, maksud gue kan hanya mau cerita aja, Bal,” ungkapnya menjelaskan perkataan yang tidak jelas tadi.
“Abis kegiatan itu, perut gue mules-mules terus, bikin gue harus bolak-balik ke kamar mandi loh,” sambungnya dengan wajah serius.
“Malah, saking parahnya diare gue, sampe cepirit di sempak gue, Bal.” sambungnya lagi membelalakkan mata menunjukkan ekspresi berlebihan.
“Terus yang lu cepiritin itu sempaknya Iqbal yang lu pinjem itu ya?” tanya gue sembari menyeka keringat yang mulai mengucur akibat kepedesan.



















































































   182   183   184   185   186