Page 185 - 3 Curut Berkacu
P. 185

 Rona Senja Yang Sama 167
“Hehehe, iya, Yu, gue kan gak sengaja, namanya juga mencret-mencret kan, Yu, perut...,” jawabnya terpotong karena Iqbal langsung menyela.
“Anjriit, trus gimana, Bim?” pekik Iqbal.
“Bagaimana apanya ini, Bal?”
“Sempak lu sih aman, Bal, ini gue bawa malah, udah
gue cuci bersih kok, dan wangi lagi.” Lanjut Bima. Sendok di tangannya ditaruh di mangkok soto becek dengan ekstra nasi, meraih tas yang ada di sebelahnya, mengambil sebuah bungkusan kresek transparan, dan menyodorkan ke Iqbal, berkata “Ini sempak lu, Bal, makasih ya!”
Sesaat Iqbal hanya memandangi kresek itu, “Ah gila, sudah buat lu aja, Bim, gue punya banyak di rumah, makasih!” seru Iqbal menolak mengambil lagi sempak yang dikembalikan Bima. Lagi-lagi senyum khasnya menghiasi bibir dia dan melanjutkan mengais isi mangkuk soto lalu diseruputnya.
“Ambil aja itu, Bal, Bima sudah cuci bersih loh, masa lu gak menghargai perjuangan dia sih,” sahut gue meledek Iqbal, dia gak menanggapi.
Beberapa pengunjung yang juga sedang makan melirik ke arah kami, mungkin mereka mendengar percakapan kami yang ‘rada-rada’ aneh di tempat yang tidak tepat. Gue tiba-tiba jadi sedikit canggung dan malu. Apalagi tingkah Bima semakin konyol saja dengan membuka kresek dan mengeluarkan sempak itu terus menciuminya, berusaha meyakinkan Iqbal bahwa sempaknya sudah ia cuci dan diberi pewangi.
“Kalau lu gak mau, ya gue bawa balik aja nih ya, sayang- sayang kalau dibuang,” celetuk Bima sambil menciumi

























































































   183   184   185   186   187