Page 200 - 3 Curut Berkacu
P. 200
182 3 Curut Berkacu
lagak dan tingkahnya yang sombong membuat gue semakin geram. Gue tidak menyangka apa yang telah dia perbuat ke gue. Dan gue sama sekali tidak pernah membuatnya susah, gue tidak pernah menggosipinya, apalagi berbuat yang tidak-tidak.
Pandangannya tertuju ke gue, bola matanya memancarkan aura penuh kebencian. Senyum sinisnya menambah raut wajahnya yang dipoles kosmetik ‘ala kadarnya’ justru membuat semakin kusam dan buram. ‘Kalau wajah pas-pasan, dipoles apa aja ya tetap aja ngepas!’ bisik gue dalam hati karena saking ‘dongkolnya’ hati gue ke dia.
Dia berjalan ke arah beberapa senior sedang bercengkrama tak jauh dari pohon, kepala gue mengikuti langkahnya, ‘Andai lu cowok, kita selesaikan ini dengan adu jotos!’ bisik gue lagi. Hati gue semakin panas setiap meliatnya. Nah, sebenarnya inilah alasan kenapa gue tidak ingin mengikuti latihan hari ini, gue masih emosi setelah kejadian kemarin itu. Gue sungguh-sungguh tidak bisa menerima perlakuan itu.
Gue berusaha fokus dan mengalihkan konsentrasi gue kembali ke materi. Gue menarik napas dalam-dalam dan melepaskan melalui mulut. Gue mengulanginya berkali-kali agar tekanan dalam dada gue ini dapat berkurang. Ternyata Iqbal masih memerhatikan tingkah gue itu, “lu kenapa, Yu?” tanyanya penuh curiga, “gak apa-apa, Bal,” jawab gue berbohong.
“Ada 300 aspek yang terkandung dalam tulisan tangan sebagai bahan analisis, dan ada 9 kategori sebagai petunjuk bagaimana tulisan tangan itu bisa mengungkapkan