Page 214 - 3 Curut Berkacu
P. 214
196 3 Curut Berkacu
memeragakan gerakan yang dicontohkan oleh senior tadi. Tapi ternyata dugaan gue salah, senior itu memerintahkan mereka dengan instruksi yang berbeda.
“Baik, kalian berdua kini bertarung, kamu menjadi penyerang!” kata senior itu sambil menepuk pundak Bima. Gue mengira Iqbal dan Bima akan menjadi penyerang
untuk senior itu, sekaligus memeraktekkan gerakan yang baru saja diajarkan, atau setidaknya mereka mulai dengan peragaan sesuai langkah-langkah yang telah diajarkan tadi, tapi nyatanya mereka langsung digiring dalam pertarungan satu lawan satu.
“Siap, Kak!” tandas Iqbal dan Bima hampir berbarengan.
“Pasang kuda-kuda!” lanjut senior itu dan serta merta diikuti oleh mereka.
Bima kini membuka kedua kakinya selebar bahu, memasang kuda-kuda. Iqbal seakan tak mau kalah, kaki kirinya maju membentuk kuda-kuda rendah untuk pertahanan. Kini Iqbal dalam posisi siap menerima serangan.
Namun, ada yang berbeda dari yang gue perhatikan, baik Bima sebagai penyerang maupun Iqbal sebagai penangkis, kedua mereka masing-masing menggunakan borgol sebagai alat tarung. Seharusnya Bima sebagai penyerang dengan tangan kosong atau senjata lain yang ditangkis oleh Iqbal, atau Bima sebagai penyerang yang akan memukul lawan sebagai penjahatnya menggunakan borgol. Ini malah dua-duanya pakai borgol dalam pertarungan. Jadi, siapa pejahat dan siapa jagoannya ya?
“Tiga...dua...satu, mulai!”
Bima tiba-tiba menyerang Iqbal di bagian leher,