Page 216 - 3 Curut Berkacu
P. 216

 198 3 Curut Berkacu
rantai-rantai kecilnya itu juga karatan, dan tadi waktu gue menyerang, rantai itu copot,” lanjutnya membela diri.
Wajah Bima terlihat pucat, dia mungkin menyadari walaupun ini sebuah kecelakaan tapi dia tetap merasa bersalah.
Iqbal segera dibawa ke ruang kesehatan. Polisi jaga yang sedang bertugas juga ikut turun menenangkan situasi setelah Kak Afif melaporkan kejadian yang baru saja menimpa Iqbal. Materi tentang penggunaan borgol langsung dijeda dan kami semua tetap dalam kendali para senior.
Di sela-sela itu, gue memerhatikan Bima yang sedari tadi hanya terdiam dengan tatapan kosong.
“Ya udah, Bim, lu tenang aja dulu ya!” gue mencoba menenangkan Bima.
“Semua juga pasti gak mau ada yang celaka, Bim.” Lanjut gue.
Gue menggeser posisi duduk gue menghampiri Bima, gue rangkul pundaknya. Bima menoleh ke arah gue dan berkata, “tengkyu, ya, Yu!”
“Tapi, Yu, efeknya kan buruk juga, Yu!” lanjutnya dengan lirih.
“Gara-gara kejadian ini, materinya gak dilanjut,”
“Gue juga khawatir Iqbal kenapa-kenapa, Yu!” “Apalagi lukanya deket mata gitu!”
Raut wajah Bima masih menyisakan rasa sesal atas
kejadian tersebut. Gue bisa memahami yang dirasakan Bima saat ini, pasti gak enak banget.
“Bro, percaya deh! Lu tenang aja!” hibur gue sambil menepuk-nepuk bahunya.





















































































   214   215   216   217   218