Page 217 - 3 Curut Berkacu
P. 217

 Curut Egois 199
“Coba, tarik nafas dalam-dalam terus keluarin perlahan!” ajak gue sambil menirukan tarikan dan lepasan nafas agar Bima bisa ikuti.
“Bagaimana, Bim, mendingan?” tanya gue sesaat setelah melihatnya menirukan juga.
“Gak juga, tapi mayanlah!” jawabnya sedikit melirik ke gue.
“Yeah, kok lumayan sih!”
“Lu salah prosedur kali. Keluarinnya mbokya lewat mulut, bukan dari pantat!” tukas gue sedikit bercanda untuk memancing ketengangnya agar mereda.
“Anjrit, ya gak lah! Gue keluarin dari mulut kok!” sanggahnya.
Kali ini bima kelihatan tersenyum kecil.
“Gooood!” sambut gue sambil mengacungkan jempol, Bima kembali tesenyum.
Gue merasa di balik senyum Bima itu masih tersimpan kekhawatiran, tapi itu bukanlah sebuah masalah berarti. Dan memang harus begitu karena sebagai anggota Pramuka, selayaknya memegang teguh nilai-nilai yang terkandung dalam Dasa Dharma Pramuka, selalu siap sedia dan selalu bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.
***
Jam istrahat yang sejak tadi gue nantikan akhirnya
tiba. Gue sudah tidak sabar lagi mengunjungi Iqbal di ruang kesehatan. Harusnya gue bersama Bima, tapi entah, rimbanya tak kelihatan. Dia seketika beranjak pergi begitu saja meninggalkan gue.
“Bagaimana keadaan lu, Bal?”
Gue menyapa Iqbal sesaat setelah gue masuk di




















































































   215   216   217   218   219