Page 221 - 3 Curut Berkacu
P. 221

 Curut Egois 203
Gue celingak-celinguk ke semua arah ruangan untuk mengalihkan rasa ‘salting’ gue. Ruangan ini memang tidak terlalu besar, tapi seluruh fasilitas kesehatan khususnya untuk penanganan pertolongan pertama tersedia dengan lengkap. Ruangan ini juga digunakan untuk memeriksa kesehatan bagi orang yang mengurus SKCK atau Surat Keterangan Catatan Kepolisian dan penerbitan SIM atau Surat Izin Menikah, eh maksudnya Mengemudi. Dokter jaga dan seorang asistennya pun selalu siap dan sigap setiap waktu.
Gue mengangkat nampan dari atas meja dengan hati-hati dan memberikannya ke Iqbal. Setelah itu gue menarik kursi lebih dekat ke pembaringan Iqbal untuk menemaninya menyantap makanan itu.
‘Beruntunglah gue, jadi bisa makan roti dua, kan!’ gumam gue dalam hati.
Melihat gue sedang membuka bungkus roti, Iqbal seakan mengerti kebiasaan orang Indonesia, kalau belum makan nasi sama saja dengan belum makan. Iqbal menawarkan gue makan bareng dengannya, dan dengan senang hati tanpa basa-basi, gue langsung menyambut ajakan itu. Gue akhirnya makan berdua dengan Iqbal dalam satu piring.
“Gue kira, Bima sudah ke sini dan membawakan makanan ini untuk lu, Bal.”
Gue masih saja menyinggung tentang Bima, sejak tadi gue tanyakan tapi belum dijawab, meskipun sebenarnya gue sudah tau bahwa Bima belum ke sini.
“Enggak, bukan!” jawab Iqbal sambil menyodorkan sendok, tapi gue tolak. Gue makan dengan tangan saja,



























































































   219   220   221   222   223