Page 228 - 3 Curut Berkacu
P. 228
210 3 Curut Berkacu
ia menaiki motor Alkaf. Karena dilarang oleh dokter untuk mengendari motor sendiri, Iqbal harus dibonceng sama Alkaf, kebetulan mereka satu arah, dan motor Vespanya dibawa oleh teman yang lain. Soalnya, motor jenis itu tidak sembarangan orang yang bisa mengedarainya.
“Kalau luka kayak gitu, sebaiknya jangan banyak makan yang manis-manis dulu ya,” sambung gue memberi nasihat. itu juga gue tau dari artikel yang pernah gue baca.
“Sabar ya, Bal, jagoan mah kuatlah, pasti!”
Gue terus memberi semangat ke Iqbal, gue menepuk pundaknya setelah berada di atas motor sambil mengembalikan tasnya, dan ia selalu menyambutnya dengan senyum khasnya, gue paling suka liat Iqbal saat tersenyum seperti itu. Tak ketinggalan anak-anak yang lain juga ikut memberikan dukungan dan doa agar Iqbal segera pulih kembali.
Selepas Iqbal berlalu, pandangan gue tertuju ke pojok parkiran, di sana ada Bima sendiri dan sudah di atas motornya bersiap untuk meninggalkan parkiran. Sedikit pun ia tidak menghampiri Iqbal sekedar memberi dukungan.
‘Wah gila, bener-bener anak ini tidak tau diri, cuma peduli sama dirinya saja. Goblok!!’ gumam gue dengan sangat geram. Gue dengan berlari kecil menghampirinya, dan...
‘BUG!!!’ Sebuah hantaman gue daratkan tepat di kepalanya.
“Apa-apaan lu, Yu!”
“Itu pantes buat teman kayak lu!” teriak gue.
“Lu gak liat itu yang lain segitu perhatian dan peduli,
lu apa hah? Lu malah di sini mau pergi begitu saja. Gak