Page 244 - 3 Curut Berkacu
P. 244

 226 3 Curut Berkacu
elektronik whatsapp ini berhenti total, status ‘online’ di bawah namanya pun sudah tidak kelihatan lagi. Gue bingung harus bahas apa lagi, dan gue juga takut salah omong.
“Gak apa-apa, namanya juga cewek, mungkin dia lelah sehabis latihan seharian dan masih harus mengerjakan pekerjaan di rumah,” gumam gue sambil menghibur diri.
Rasa lelah yang Fiera rasakan sama seperti yang gue rasakan. Senin hingga Sabtu, kami beraktivitas di sekolah, Minggu pun kami masih harus lanjut latihan Saka. Jadi, lelah itu pasti dan itu adalah konsekuensi yang harus gue terima, tidak boleh mengeluh karena keluhan justru akan membuat beban semakin berat. Kalau tidak mau lelah, berdiam diri saja dan tidak perlu melakukan apa-apa. Tapi itu bukan gue banget! Apalagi di masa muda, gue harus memanfaatkan kesempatan masa muda ini dengan baik.
Gue teringat suatu momen bersama bokap gue. Saat itu beliau mengajak gue jalan sekedar berkeliling Kota Bekasi dengan motornya dan memampiri beberapa tempat meskipun tidak lama. Sesekali beliau bertanya tentang apa cita-cita gue, tentang pelajaran yang paling gue suka, tentang guru favorit gue di sekolah, dan tentang macam-macam lainnya yang gue hanya jawab sekedarnya karena cukup asik dengan memerhatikan kiri dan kanan di sepanjang jalan atau di sekitaran tempat kami mampir.
“Din, coba lihat orang itu!” bokap gue menunjuk ke sekumpulan tukang ojek yang sedang ‘ngetem’ di sebuah pojok jalan. Gue segera mengarahkan pandangan gue ke arah itu. Gue tidak menemukan sesuatu yang aneh di





























































































   242   243   244   245   246