Page 242 - 3 Curut Berkacu
P. 242
224 3 Curut Berkacu
‘centang dua’. Gue berusaha positive thinking saja, mungkin dia lagi di jalan, atau mungkin lagi makan jadi gak pegang ponsel. Gue menutup whatsapp, tapi tidak lama gue buka lagi, beberapa kali seperti itu. Aduh, gue rasanya kok jadi tidak karuan seperti ini ya.
Tiba-tiba suara notif ponsel gue berbunyi, ‘iya, ini siapa ya?’ akhirnya Fiera membalas juga setelah 15 menit sejak gue menyapanya. Sukur hanya 15 menit, bisa-bisa gue menunggu balasannya semalaman, hahahaha.
‘Ini gue, Fer, Wahyu,’ balas gue.
‘Owh, gue kira sapa, hihihihi, bagaimana, Yu, bokong lu, sudah sehat kan? Hahaha,’ rupanya Fiera masih ingat kejadian itu. Saat kami satu kegiatan dalam Kemah Bakti Pramuka. Gue duduk sekenanya di sebuah tumpukan tanah tapi tanpa sengaja di situ ada kotoran kucing yang masih hangat, baru keluar dari pabriknya.
‘Hahaha, bisa aja lu, Fer.’
‘Baik dong, Fer, kan bokong gue terbuat dari bahan baku berkualitas tinggi yang mudah menyerap, dengan paduan rasa alpukat dan besi tank anti rayap. Susah ini saat Emak gue merakitnya dulu waktu gue masih dalam kandungan,’ balas gue dengan guyonan garing tanpa rasa alias hambar.
Kejadian itu sempat membuat gue kikuk dan malu setengah mati, konyol deh, di depan Fiera pula. Tapi ternyata ada hikmahnya juga karena justru kejadian itulah yang membuat percakapan kami sekarang jadi lumer dan tidak kaku.
‘Hihihi, Emak lu kreatif juga ya saat ngerakit lu,’