Page 245 - 3 Curut Berkacu
P. 245
Bunga Violet 227
sana, namanya juga tukang ojek pasti memang begitulah kebiasaannya.
“Itu, Din, rambutnya sudah pada ubanan, tandanya sudah pada tua, harusnya mereka itu tidak di situ, harusnya mereka ada di rumahnya sama keluarganya, menikmati masa tuanya,” lanjut bokap gue sambil menatap gue yang masih bingung.
“Tapi, Din, mereka terpaksa masih harus kerja keras banting tulang untuk sekedar mencari sesuap nasi dan sebatang rokok.”
“Mungkin, waktu mudanya itu mereka banyak buang- buang waktu, mereka banyak main, atau mereka malah tidak sekolah. Jadi mereka mau tidak mau harus membayar semua waktu yang sudah terbuang itu dengan masih bekerja keras sampai hari tuanya.”
Saat itu gue memang belum terlalu paham apa yang dimaksud bokap gue itu, maklumlah gue masih SD, tapi seiring berjalannya waktu gue semakin paham dan bisa memaknainya bahwa masa muda itu hanya sekali, terlalu sayang jika disia-siakan dengan hal-hal yang tidak berguna untuk masa depan. Masa tua kita adalah hasil atau akibat dari apa yang telah kita lakukan di saat masih muda dulu.
Dan satu lagi yang selalu gue ingat dari bokap, bahwa ilmu Tuhan itu bertebaran di muka bumi ini. Ilmu itu bukan hanya dari bangku sekolah. Mengandalkan ilmu dari bangku sekolah semata, tidak akan cukup tanpa dibarengi keterampilan dan ilmu-ilmu di luar pengajaran sekolah. Itulah kenapa gue super aktif di banyak kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah karena motivasi ini.