Page 248 - 3 Curut Berkacu
P. 248

 230 3 Curut Berkacu
membuyarkan lamunan gue, ternyata antrian gue sebentar lagi tiba.
“Lu liatin siapa, Yu?” tanya Jenong memasang wajah penasaran, memutar kepalanya ke arah pandangan gue tertuju.
“Itu kayak kawan gue, Nong,” jawab gue menunjuk ke arah wanita itu.
“Kalau gitu, tegurlah kalau itu memang kawan lu!” “Pengen sih, Nong, tapi...,”
“Tapi apa?”
“Tapi kan kita lagi di antrian, dodol!”
Sementara itu antrian gue tiba giliran. Untungnya salah satu nomor kursi favorit gue belum terisi. Biasanya gue memilih di urutan F9 dan F10, tapi sepertinya sudah terisi, jadi gue memilih setingkat di atasnya, E9 dan E10. Urutan kursi di bioskop ini yang paling ideal menurut gue, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari layar dan pengeras suaranya, sehingga gue bisa menikmati tontonan dengan lebih baik.
Gue berpaling ke arah cewek tadi setelah dua tiket bioskop sudah di tangan, ternyata sudah tidak kelihatan. Gue menoleh ke sekitaran aula bioskop, juga tidak terlihat.
“Plang, gue mau ke toilet dulu, kebelet nih.” Kata si Jenong saat kami melewati toilet wanita sambil memberikan kresek berisi softdrink dan popcorn yang barusan sudah dibeli.
“Iye,” sahut gue pendek.
Sambil berdiri menunggu di dekat pintu toilet karena sofa tunggu yang ada dipenuhi oleh orang yang duduk























































































   246   247   248   249   250