Page 256 - 3 Curut Berkacu
P. 256
238 3 Curut Berkacu
seketika gue berusaha mengendalikan diri dan segera menutupnya. Gue masih belum menyangka jika Iqbal sudah jadian sama Fiera.
Jadian!?
Memang sih, baik Iqbal maupun Fiera tidak pernah bilang tentang mereka jadian atau tidak, tapi kejadian di bioskop itu adalah bukti kuat bahwa mereka benar sudah jadian. Mereka terlihat begitu sangat dekat dan mesra.
Andai waktu bisa gue putar kembali, gue tidak akan mengijinkan hati gue dipenuhi ‘kepo’ tentang Fiera setelah kegiatan Kemah Bakti Pramuka itu, dan berujung jatuh cinta. Atau gue harusnya menolak ajakan si Jenong untuk nonton sore itu. Tapi semua sudah terlanjur, nasi sudah jadi bubur.
Entah, gue harus marah ke siapa, apa ke Iqbal, atau ke Fiera, atau ke diri gue kenapa harus jatuh cinta ke pacar sahabat gue sendiri. Gue ingin marah ke Iqbal, tapi kenapa? Bukannya mereka sudah jadian, mungkin, sebelum gue jatuh cinta. Gue ingin marah ke Fiera, tapi kenapa? Bukannya selama ini Fiera selalu dingin menanggapi chat gue. Gue ingin marah pada diri gue sendiri, tapi kenapa? Apa gue salah karena menyayangi Fiera!
Saat ini, beban batin gue semakin berat dan runyam. Si Bunga Bangkai yang juga masih aktif menghembuskan fitnah-fitnah tentang gue merupakan satu beban tersendiri. Tapi gue selalu berusaha tak mengacuhkannya dan berhasil, itu karena Iqbal.
Ya, Iqbal selalu berhasil menetralkan beban batin gue tentang si Bunga Bangkai itu. Iqbal sangat memahami apa yang gue rasakan dan bagaimana gue harus menghadapi