Page 257 - 3 Curut Berkacu
P. 257

 Patah Hati 239
si Bunga Bangkai itu. Iqbal tau bahwa gue memiliki karakter yang sangat responsif dan dia juga tau cara menanganinya untuk menenangkan gue.
Namun, berbeda dengan beban batin yang gue rasakan tentang Fiera, sang Bunga Violet. Beban ini terlalu berat, karena secara langsung berkaitan dengan Iqbal. Selama ini, Iqbal adalah tempat gue berkeluh kesah dan saling bertukar pikiran tentang apa saja, termasuk persoalan pribadi. Tapi sekarang ini justru Iqbal adalah bagian dari masalah itu dan masalahnya sangat sensitif, masalah perasaan. Bagaimana gue harus menyikapinya?
Gue benar-benar kalut dengan beban batin ini. Gue tidak mungkin bilang ke Iqbal bahwa gue suka sama pacar dia. Parahnya, malah bukan hanya suka, tapi gue sungguh- sungguh jatuh cinta. Bayang-bayang wajah Fiera selalu mengikuti kemana pun gue berada. Semakin gue berusaha mengusirnya, semakin kuat bayang-bayang itu menyertai.
Itulah kenapa gue merasa dirasuki rasa malas yang berlebihan untuk datang mengikuti latihan Saka hari ini. Tapi, rasa bimbang dan malas ini berusaha gue tepis. Gue menenangkan diri sejenak sambil menyandarkan kepala ke sandaran sofa. Gue sadar, jika gue datang, pasti gue bertemu Iqbal, tadi dia sudah whatsapp meskipun gak gue balas, hanya gue read doang. ‘Tapi jika gue gak datang, kan gue sendiri yang rugi gak ikut latihan, dan ngapain juga di rumah gak ada kerjaan,’ tukas gue, berbicara pada diri sendiri, meniru adegan sinetron TV.
Gue akhirnya bergegas berangkat. Waktu latihan dimulai memang masih cukup lama, sehingga gue tidak perlu tergesa-gesa. Sepanjang perjalanan, pikiran gue





























































































   255   256   257   258   259